Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Australia melampiaskan protes mereka atas eksekusi duo Bali Nine Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dengan memboikot Bali sebagai daerah tujuan wisata.
Salah satu warga Melbourne misalnya, Malcolm Sheridan, dengan lantang menyerukan pembatalan rencana wisatanya ke Bali dan mengimbau warga Australia melakukan hal yang sama.
Di akun media sosial Twitter miliknya, Sheridan memaparkan bahwa dia dan keluarganya berencana mengunjungi Bali pada Juni mendatang. Namun, ketika mengetahui Chan dan Sukumaran telah menemui ajal mereka di tangan regu tembak Rabu (29/4) dini hari, Sheridan membatalkan rencananya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya membatalkan wisata saya ke Bali dan akan tetap berada di Australia selama liburan. Saya harap warga lain akan melakukan hal yang sama," cuit Sheridan diikuti dengan tagar #BoycottBali.
Sheridan menilai bahwa ini merupakan satu-satunya langkah yang dapat dia lakukan untuk mengirimkan pesan protes kepada pemerintah Indonesia.
"Hal yang terjadi sangat barbar. Saya rasa presiden Indonesia tidak akan mendengarkan suara saya, jadi yang bisa saya lakukan hanyalah membatalkan liburan saya," kata Sheridan, dikutip dari Sky News, Rabu (29/4).
Tak hanya Sheridan, sejumlah warga Australia lainnya juga menyuarakan protes mereka atas eksekusi Chan dan Sukumaran dengan menyerukan pemboikotan terhadap Bali. Selain tagar #BoycottBali, tagar #BoycottIndonesia juga terlihat di sejumlah cuitan.
Namun, ada pula beberapa pengguna Twitter yang menggunakan tagar #BoycottBali untuk menjelaskan bahwa tindakan ini bukanlah langkah yang tepat untuk menyuarakan protes mereka.
Pengguna Twitter lainnya juga menyebutkan bahwa jika mereka memboikot Bali, mereka juga seharusnya tidak berwisata ke Thailand, karena negara tersebut juga menerapkan hukuman mati.
Sebelumnya, protes warga Australia terhadap eksekusi mati Chan dan Sukumaran juga disampaikan lewat aksi protes damai di depan kantor Kedutaan Besar Indonesia di Canberra.
 Suasana aksi protes di depan KBRI Canberra, Australia atas eksekusi mati delapan terpidana mati kasus narkoba, termasuk duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. (Dok. Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra) |
Juru bicara KBRI Canberra, Sade Bimantara, mengungkapkan bahwa dalam tiga hari terakhir terdapat 15 hingga 20 orang yang membawa spanduk berisi protes terhadap Presiden Joko Widodo untuk tetap memberlakukan eksekusi di depan kantor KBRI Canberra.
Namun, aksi yang dimulai pada Senin (27/4) malam tersebut berlangsung tertib dan aman. KBRI Canberra pun menegaskan hingga kini situasi masih aman, dan surat imbauan sudah diterbitkan untuk menjaga agar WNI tetap nyaman menjalani aktivitasnya di Australia.
Dua warga Australia yang dieksekusi mati, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran ditangkap di Bali pada 17 April 2005 bersama dengan tujuh rekan mereka karena kedapatan membawa 8,3 kilogram heroin. Chan dan Sukumaran tewas di tangan regu tembak pada Rabu (29/4) dini hari pukul 00.35 di Nusakambangan, bersama dengan enam terpidana mati kasus narkoba lainnya. Empat di antaranya berasal dari Nigeria, yaitu Jamiu Owolabi Abashin yang lebih dikenal sebagai Raheem Agbage Salami, Okwudili Oyatanze, Martin Anderson, dan Silvester Obiekwe Nwolise. Ada pula Rodrigo Gularte dari Brasil dan Zainal Abidin dari Indonesia. Sementara, hingga saat ini, tujuh anggota Bali Nine lainnya masih mendekam dalam penjara Indonesia. (ama/ama)