Jakarta, CNN Indonesia -- Warga sebuah desa di Nepal memblokir truk yang membawa bantuan untuk korban gempa, pada Rabu (29/4), dalam aksi protes menuntut pemerintah untuk memberi lebih banyak bantuan pasca gempa yang menewaskan lebih dari 5.200 jiwa dan menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan kekurangan makanan dan air.
Di ibu kota Kathmandu, sekitar 200 orang melakukan aksi protes di luar parlemen, meminta lebih banyak bus untuk mencapai rumah mereka yang berada di daerah terpencil.
Warga juga menuntut pendistribusian bantuan dilakukan lebih cepat, karena selama ini dinilai sangat lambat menjangkau mereka yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di desa Sangachowk yang berjarak sekitar tiga jam melalui perjalanan darat dari ibu kota, puluhan warga desa yang marah memblokir jalan dengan sejumlah ban bekas. Desa itu merupakan salah satu lokasi gempa terparah di negara tersebut.
Warga desa menghentikan dua truk yang membawa nasi, mie dan biskuit yang tengah menuju ibukota kabupaten. Mereka juga memblokir konvoi tiga truk tentara yang membawa pasokan bantuan. Langkan ini menyebabkan ketegangan antara warga dan tentara bersenjata.
"Kami tidak diberikan bantuan makanan oleh pemerintah. Truk yang membawa beras hanya lewat dan tidak berhenti. Sementara orang di kabupaten mendapatkan semua makanan," kata Udhav Giri, 34 tahun, dikutip dari Reuters, Kamis (30/4).
Pemerintah Nepal mengakui pihaknya tengah berjuang untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa berkekuatan 7,9 SR pada Sabtu (25/4).
"Ini adalah bencana dalam skala belum pernah terjadi sebelumnya. Ada beberapa kelemahan dalam pengelolaan operasi bantuan," kata Menteri Komunikasi Nepal, Minendra Rijal, Selasa (28/4).
Pemerintah Nepal tengah berjuang untuk memberikan bantuan, di beberapa daerah pegunungan. Pasalnya, helikopter penyelamat tak mampu mendarat di sejumlah daerah.
Teknisi helikopter, Shambhu Khatri, mengungkapkan bahwa seluruh lereng bukit di bagian distrik Gorkha ambruk dan mengubur pemukiman, menjadikan akses ke daerah tersebut hampir mustahil.
Korban terus bertambahSementara, sebuah lembaga bantuan dari Polandia yang memiliki 87 tim di Nepal mengungkapkan bahwa kemungkinan menemukan korban yang masih hidup setelah lima hari terkurung di dalam reruntuhan "sangat tipis".
Meskipun demikian, tim penyelamat dari Perancis berhasi menyelamatkan Rishi Khanal, 28 tahun, pada Selasa (28/4), yang terjebak di reruntuhan apartemennya selama 80 jam, bersama tiga jenazah lain.
Salah satu kaki Khanal mengalami luka yang serius sehingga harus diamputasi pada Rabu (29/4) untuk menghentikan pendarahan internal berkepanjangan.
Pejabat dari Kementerian Dalam Negeri Nepal mengatakan jumlah kematian dikonfirmasi meningkat menjadi 5.238 jiwa pada Rabu (29/4) malam. Sementara, korban luka mencapai hampir 10.350 orang.
Di India dan Tibet, korban tewas telah mencapai lebih dari 80 jiwa.
Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai 10 ribu jiwa, seiring dengan laporan soal jumlah korban dan kerusakan di daerah terpencil terus meningkat.
Diperkirakan, total korban jiwa dalam bencana ini dapat melebihi total korban gempa tahun 1934 yang menewaskan 8.500 jiwa di Nepal. Bencana itu disebut-sebut bencana terparah yang memukul negara Himalaya yang terletak antara India dan Tiongkok, dan berpenduduk 28 juta jiwa ini.
Berupaya pulihNamun, sejak Rabu (29/4), ibu kota Kathmandu terlihat perlahan-lahan kembali normal. Beberapa orang telah bersiap untuk kembali menempati rumah mereka setelah menghabiskan empat malam terakhir di ruang terbuka karena takut akan gempa susulan.
Sejumlah pedagang kaki lima juga mulai menjajakan buah di pusat kota. Meskipun demikian, sebagian pedagang masih takut membuka toko karena bangunan toko telah rusak parah.
"Saya ingin mulai berdagang lagi, untuk menghidupi anak saya di rumah. tapi bagaimana saya bisa membuka toko, jika masih berisiko gempa?" kata Arjun Rai, seorang pedagang berusia 54 tahun.
Nepal diguncang gempa berkekuatan 7,9 SR pada Sabtu (25/4). Hingga Rabu (29/4) siang, sebanyak 16 WNI dari total 76 WNI yang berada di Nepal belum dapat dihubungi untuk memastikan kondisi mereka.
(ama/ama)