Jakarta, CNN Indonesia -- Peristiwa gempa bumi yang melanda Nepal membuat Indonesia untuk ikut memberikan bantuan. Kali ini giliran Polri yang turut menurunkan personelnya untuk berangkat ke Nepal.
Direktur Eksekutif DVI Polri Komisaris Besar Anton Castilani mengungkapkan pihaknya mengirimkan dua dokter ahli forensik untuk berangkat ke Nepal. Dia mengatakan kedua personel berpangkat komisaris tersebut akan berangkat bersama rombongan dari Kementerian Luar Negeri.
"Kita berangkatkan dua orang ke Nepal satu tim dengan tim Kemenlu. Keduanya adalah ahli forensik bernama Komisaris Eko dan Komisaris Faisal," ujar Anton saat ditemui di Mabes Polri, Selasa (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tugas keduanya nanti adalah
initial assessment atau melihat situasi di sana dan memikirkan
action plan ke depan," ujarnya menambahkan.
Anton menambahkan, hasil dari
initial assessment tersebut akan menentukan langkah selanjutnya dari tim DVI yang ada di Indonesia. Apakah akan mengirim personel tambahan atau meminta kedua anggota tersebut bergabung tim internasional yang sudah ada di sana.
Fokus yang akan dilakukan tim DVI di Nepal nanti tidak akan terpaku pada warga negara Indonesia saja. Anton menegaskan anggotanya akan bergabung dengan tim di sana dan akan melakukan kerja sama untuk menyelamatkan warga Nepal.
Sayangnya, Anton pun belum mengetahui jadwal pasti keberangkatan tim Kemenlu ke Nepal. Namun dia memastikan tim akan berangkat dalam satu atau dua hari ke depan.
"DVI tidak ada batasan identifikasi WNI saja, tapi bergabung dengan yang lain. Kita tidak bisa pilih-pilih, sekua harus bekerja sama dulu," ujarnya.
"Setelah dua ini lapor maka baru ditentukan apakah akan kirim anggota tambahan atau tidak. Mungkin satu dua hari ke depan akan berangkat," kata Anton menambahkan.
Lebih dari 4.600 orang dilaporkan tewas akibat gempa 7,9 SR yang mengguncang Nepal pada Sabtu (25/4). Pada Selasa 28/4), Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala bahkan mengungkapkan jumlah korban tewas dapat mencapai 10 ribu jiwa, karena banyak yang masih terperangkap di bawah reruntuhan, tidak hanya di Kathmandu namun juga di wilayah lain yang masih sulit diakses.
Beberapa hari setelah gempa, banyak warga Nepal yang kini mengkritik pemerintah karena dianggap lamban dalam merespons bencana. Mereka yang masih bertahan kini tinggal di udara terbuka, entah karena rumah mereka rata dengan tanah atau karena trauma gempa susulan yang hingga Senin saja sudah tercatat berjumlah hingga puluhan kali. Rumah sakit tak sanggup lagi menampung pasien, dan warga juga terancam kekurangan makanan dan air bersih. Sementara itu, bantuan internasional belum banyak mencapai Nepal karena akses bandara yang masih tutup dan sulitnya akses ke Nepal.
(stu)