Baghdad, CNN Indonesia -- Pemerintah Irak telah mengajukan permohonan bantuan finansial pada lembaga Dana Moneter Internasional, IMF, untuk membangun negeri yang porak poranda akibat krisis dan serangan ISIS.
Beberapa pekan ke depan, Irak diprediksi akan mendapatkan utang sebesar US$800 juta, sekitar Rp10,4 triliun, seperti disampaikan seorang pejabat tinggi IMF pada Reuters, Selasa (5/5).
Keuangan Irak tengah morat-marit akibat anjloknya harga minyak akhir tahun lalu dan ISIS yang berhasil menguasai beberapa wilayah di negara itu. Pemerintah Irak telah memproyeksikan defisit tahun ini mencapai US$24 miliar, dari anggaran sekitar US$100 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suntikan dana dari IMF bisa meringankan beban keuangan Irak serta meningkatkan kepercayaan investor terhadap negara tersebut. Pemerintah Baghdad sendiri berencana menerbitkan obligasi internasional sebesar US$5 miliar untuk sembilan tahun.
"Tim kami akan mulai bekerja soal penerbitan ini dalam beberapa pekan ke depan. Kami berharap bisa mencapai hasilnya dalam waktu dekat," kata Masood Ahmed, Direktur IMF untuk urusan Timur Tengah dan Asia Tengah.
Ahmed mengatakan bahwa utang untuk Irak akan berbentuk Instrumen Pendanaan Cepat, RFI, yang hanya akan berjumlah sedikit, sekitar US$800 juta.
RFI adalah sistem IMF untuk memberikan bantuan finansial dan ekonomi dengan cepat untuk negara anggota yang membutuhkan dana darurat. Utang RFI harus dibayarkan dalam jangka waktu 3-5 tahun.
Pekan lalu, Menteri Keuangan Irak Hoshiyar Zebari mengatakan pada Reuters bahwa Baghdad akan memperoleh peringkat kredit asing untuk memfasilitasi penerbitan obligasi.
Pemerintah Irak juga merencanakan beberapa langkah, termasuk menerbitkan obligasi untuk bank, pajak untuk barang-barang konsumsi dan pengurangan gaji pegawai.
Ahmed mengatakan bahwa cadangan internasional Irak mulai menipis dan pertumbuhan ekonomi Irak diperkirakan tipis tahun ini, setelah tahun 2014 menyusut 2,4 persen.
"Menteri keuangan dan perdana menteri keduanya menyadari adanya masalah dan mereka berkomitmen mencari cara mengatasinya," kata Ahmed.
(den)