Sejak Sehari Sebelum Bom Saudi, KBRI Yaman Mencekam

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2015 23:32 WIB
Detik-detik menegangkan menjelang serangan udara Arab Saudi terhadap depot senjata Houthi yang menyebabkan kerusakan parah pada KBRI di Sanaa, Yaman.
Merujuk pada data awal Kemlu, ada 4.159 WNI yang berada di Yaman. Sejak melakukan evakuasi pada Desember, 2.059 WNI sudah tiba di Tanah Air. (Ilustrasi/Reuters/Khaled Abdullah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dentum bom terdengar dari kejauhan. Asap mengepul di sela-sela pegunungan Yaman pada 19 April, sehari sebelum bom koalisi serangan udara Arab Saudi penggempur kelompok pemberontak Houthi meletup dan gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sanaa terkena dampaknya.

"Serangan koalisi udara Arab Saudi sebenarnya sudah gencar dari sehari sebelumnya. Dari pagi sampai siang serangan gencar, tapi sore sampai malam sepi. Suasana mencekam," ujar koordinator tim evakuasi WNI di wilayah barat Yaman, Sapto Anggoro, dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (7/5).

Upaya tim koalisi Arab Saudi untuk melawan kelompok pemberontak Houthi demi mengembalikan tampuk pemerintahan ke presiden sah, Abd-Rabbu Mansour Hadi, memang dinilai sangat gencar. Melihat kecamuk perang yang tak kunjung reda, pemerintah mengirimkan tim intensifikasi evakuasi WNI di Yaman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu, Sapto sedang bersama 17 WNI yang rencananya akan dievakuasi ke daerah lebih aman, Al Hudaydah, sebelum akhirnya menuju Arab Saudi.

"Awalnya, kami akan bergerak sore tanggal 20 (April) itu, tapi dari pagi suasana lebih mencekam. Mulai pukul 09.00 serangan cukup intens," tutur Sapto.

Diplomat andalan Kemlu dalam masalah evakuasi WNI ini kemudian memutuskan untuk keluar dari gedung KBRI, sekadar melihat keadaan.

Jarum jam menunjukkan pukul 10.45 ketika tiba-tiba bom koalisi Arab Saudi menghantam salah satu depot senjata Houthi yang berjarak hanya sekitar satu kilometer dari KBRI.

"Dampaknya sampai ke KBRI. Saya sempat terpental dan luka di tangan dan kaki. Staf saya ada yang luka juga di kaki, tapi yang lebih parah ada WNI terkena potongan kaca dan harus dibawa ke rumah sakit," ucap Sapto.

Gedung KBRI pun hancur. "Sekitar 80 sampai 90 persen KBRI hancur, termasuk semua perkakas di dalamnya," kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Yaman, Wajid Fauzi.

Suasana mencekam terus meliputi Sanaa. Keadaan berangsur tenang sekitar malam hari.

"Saya putuskan untuk keluar dari KBRI pukul 04.00 tanggal 21 (April). Mobil semua rusak. Saya cari yang paling bisa digunakan. Ada empat akhirnya yang kami pakai, yaitu tiga sedan dan satu SUV," ujar Sapto.

Namun, ketegangan belum berakhir. Untuk sampai ke Al Hudaydah, tim evakuasi harus melewati beberapa pos yang dijaga oleh kelompok-kelompok milisi berbeda.

"Penjagaan sangat ketat. Jalan juga menantang. Jarak tempuh itu 230 kilometer dan itu melewati gunung tanpa pembatas jalan," tutur Sapto.

Setelah tiga jam perjalanan, tim tiba di Al Hudaydah. "Suasana di Al Hudaydah juga sebenarnya tidak terlalu aman. Kami harus bergerak ke Jizan di Arab," ucap Wajid.

Akhirnya, Sapto memutuskan untuk berangkat dari Al Hudaydah menuju Jizan, Arab Saudi, pada 26 April pukul 06.00.

Tak sempat melepas kelegaan setelah sampai dengan selamat, tim harus langsung memikirkan upaya evakuasi WNI lainnya yang masih berada di Yaman.

Merujuk pada data awal Kemlu, ada 4.159 WNI yang berada di Yaman. Sejak melakukan evakuasi pada Desember, 2.059 WNI sudah tiba di Tanah Air. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER