Lima Juta Warga Suriah Hidup Di Antara Senjata Peledak

Eky Wahyudi/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2015 12:09 WIB
Riset menemukan sekitar 5,1 juta warga Suriah tinggal di daerah yang beresiko tinggi senjata peledak.
Badan itu juga menyelidiki 78 ribu kekerasan selama perang Suriah antara Desember 2012 hingga Maret 2015, dan menemukan bahwa lebih dari 80 persen senjata yang terlibat mempunyai efek hancur yang tinggi seperti roket, mortir dan bom. (Reuters/Hosam Katan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Riset menemukan sekitar 5,1 juta warga Suriah tinggal di daerah yang berisiko tinggi senjata peledak.

Kelompok bantuan Handicap International mengatakan beberapa dari bahan peledak itu belum meledak dan karenanya akan menimbulkan ancaman mematikan dalam beberapa tahun mendatang.

Badan itu juga menyelidiki 78 ribu kekerasan selama perang Suriah antara Desember 2012 hingga Maret 2015, dan menemukan bahwa lebih dari 80 persen senjata yang terlibat mempunyai efek hancur yang tinggi seperti roket, mortir dan bom.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suriah akan mewarisi senjata peledak mematikan selama bertahun-tahun," kata Anne Garella, Koordinator Regional dari Handicap International, seperti yang dilansir Reuters pada Selasa (12/05).

Berdasarkan perkiraan PBB, konflik yang terjadi selama lima tahun telah membunuh lebih dari 220.000 orang, dan melukai kurang lebih 1,5 juta orang.

Upaya diplomatik untuk menemukan solusi politik sejauh ini belum berhasil.

Di Suriah, berbagai konflik sektarian bergerumul membuat situasi makin parah. Berbagai kelompok pemberontak berjuang menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, di lain pihak banyak pula kelompok militan yang saling bersaing merebut wilayah-wilayah Libya seperti ISIS dan Front Nusra—afiliasi al-Qaidah di Suriah.

Amerika Serikat bersama pasukan koalisi juga memborbardir Suriah lewat serangan udara untuk menggempur militan ISIS.

Handicap International, yang menyediakan bantuan untuk orang-orang cacat di daerah konflik dan bencana, juga menemukan bahwa sepertiga dari semua insiden terjadi di wilayah yang padat penduduk.

"Hal ini menunjukkan bahwa pihak yang berperang tidak punya niat serius untuk membedakan antara warga sipil dan militan yang melanggar hukum kemanusiaan internasional," kata Handicap.

Provinsi-provinsi di wilayah Barat yang padat penduduk seperti Alepo, Deraa, Homs, dan Idlib merupakan daerah yang paling sering terkena dampak.

Penelitian Handicap dilakukan berdasarkan laporan berita, media sosial, data dari PBB dan lembaga non-pemerintah. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER