RI, Malaysia akan Tampung Imigran yang Masih Terapung di Laut

Amanda Puspita Sari & Noor Aspasia Hasibuan | CNN Indonesia
Rabu, 20 Mei 2015 16:32 WIB
Malaysia dan Indonesia akan menawarkan tempat penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas.
Malaysia, Indonesia dan Thailand hari ini, Rabu (20/5) mengadakan pertemuan di Malaysia untuk membahas eksodus ribuan etnis Rohingnya yang terdampar di perairan tiga negara ini dalam beberapa pekan terakhir. (Reuters/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Malaysia dan Indonesia akan menawarkan tempat penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas yang diperkirakan berjumlah sekitar 7.000 orang. Meskipun demikan, kedua negara juga menegaskan tidak akan menampung lebih banyak lagi imigran.

Beberapa pekan terakhir, lebih dari 3.000 imigran gelap terdampar di perairan Malaysia dan Indonesia. Dalam sejumlah kasus, kapal para imigran tersebut didorong kembali ke laut lepas.

Para imigran tersebut melarikan diri dari kemiskinan, penganiayaan dan diskriminasi di negara asal. Namun malang, di tengah laut, mereka menderita berbagai penyakit dan kelaparan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita berdua (Indonesia dan Malaysia) tampung (imigran) mungkin selama setahun, tapi harus ada kerjasama internasional," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (20/5).

JK juga menambahkan jumlah pengungsi yang masih akan bertambah tidak akan menjadi membuat pemerintah gentar dan malah menolak kedatangan para pengungsi.

"Bangsa besar tidak boleh menolak orang susah. Dana (bantuan) juga ada, negara ini tidak miskin-miskin amat," lanjut JK.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman. "Kami jelas menyatakan bahwa kami hanya akan menampung imigran yang tengah berada di laut tinggi," kata Aman, dikutip dari Reuters, Rabu (20/5).

"Namun, dalam kondisi keadaan apapun, kami tidak akan menerima gelombang imigran lainnya," kata Anifah melanjutkan.

Rohingya, bukan Bangladesh

JK menyatakan bahwa tempat penampungan tersebut dikhususkan bagi pengungsi etnis Rohingya, dan bukan imigran asal Bangladesh. Hal ini dikarenakan imigran asal Bangladesh tidak melarikan diri dari tekanan politik, melainkan karena tekanan ekonomi dan ingin mencari pekerjaan di negara tujuan.

Menteri luar negeri Malaysia, Indonesia dan Thailand hari ini, Rabu (20/5) mengadakan pertemuan di Putrajaya untuk membahas eksodus ribuan etnis Rohingnya yang terdampar di perairan tiga negara ini dalam beberapa pekan terakhir.

Pernyataan bersama hasil pertemuan itu menyebutkan bahwa Malaysia dan Indonesia berjanji akan mengupayakan bantuan pemukiman dan melakukan repatriasi, pemulangan kembali ke negara asal, dalam kurun waktu satu tahun kepada sekitar 7.000 imigran Myanmar dan Bangladesh, dengan bantuan internasional.

"Masyarakat internasional bertanggung jawab untuk menyediakan bantuan, khususnya bantuan keuangan, bagi Malaysia, Indonesia dan Thailand untuk menyediakan tempat penampungan sementara dan bantuan kemanusiaan kepada para imigran gelap," bunyi pernyataan tersebut.

Tempat penampungan tidak berada di Thailand

Aman mengatakan bahwa tempat penampungan sementara akan segera dibentuk, namun tidak berada di Thailand, salah satu negara transit para imigran.

"Setiap orang perlu mengikuti hukum dalam negeri. Mereka (Thailand) tidak mengatakan mereka tidak mau menerima (imigran)," kata Aman melanjutkan.

Sementara di Bangkok, Wakil Menteri Pertahanan Thailand Udomdej Sitabutr menekankan bahwa Thailand bukan merupakan negara tujuan para imigran.

"Ini bukan negara yang ingin didatangi Rohingya. Jika mereka memasuki perairan Thailand, kami akan mengirimkan pihak berwenang untuk melihat apakah ada yang terluka atau sakit. Jika mereka sakit, kami akan merawat mereka. Namun jika mereka ingin pergi ke negara lain, mereka bisa. Kami tak bisa memaksa mereka melakukan apapun," kata Sitabutr.

Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, jumlah imigran asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di Aceh sebelumnya telah mencapai 1.346 orang. Jumlah ini belum termasuk ratusan imigran yang terdampar di perairan Aceh pada Rabu (20/5) pagi.

Kemenlu saat ini masih menunggu hasil verifikasi yang dilakukan UNHCR dan IOM soal status imigran tersebut.

Sementara, jumlah imigran di Indonesia yang saat ini menunggu resettlement telah mendekati angka 12 ribu jiwa. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER