LAPORAN KHUSUS

Pengungsi pada Warga Aceh: 'I Love You'

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Rabu, 20 Mei 2015 10:50 WIB
Tempat penampungan darurat para pengungsi Rohingya di Aceh menjadi pusat keramaian, banyak warga Aceh yang datang untuk berinteraksi dengan mereka.
Tempat penampungan darurat para pengungsi Rohingya di Aceh menjadi pusat keramaian, banyak warga Aceh yang datang untuk berinteraksi dengan mereka. (CNN Indonesia/Denny Armandhanu)
Aceh, CNN Indonesia -- Penampungan para pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Aceh menjadi pusat keramaian. Banyak warga datang berduyun-duyun, untuk memberikan bantuan atau sekadar melihat dan bersenda gurau dengan para pengungsi.

Pemandangan ini terlihat di dua pengungsian, baik di kantor imigrasi Kecamatan Blangmangat, Lhokseumawe, tempat pengungsi Bangladesh, dan di tempat pelelangan ikan Kuala Cangkoy, Aceh Utara, lokasi penempatan para pengungsi Rohingya.

Di Blangmangat, warga berdatangan dengan sepeda motor. Mengintip dari jendela, warga berusaha berkomunikasi seadanya dengan para warga asal Bangladesh. Tidak ketinggalan mereka berfoto bersama para pengungsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antaranya adalah siswi SMA yang terlihat tertawa ketika berbicara dengan mereka.

Salah seorang petugas imigrasi, Abu Husain, mengatakan pada CNN Indonesia, Selasa (19/5), bahwa warga Bangladesh tidak mengerti bahasa Melayu, bahasa Inggris pun seadanya.

Namun ada satu kalimat dalam bahasa Inggris yang mereka bisa, dan dilontarkan pada para siswi yang datang.

"Mereka bilang 'I love you' sama anak-anak sekolah itu," kata Abu.

Kepincut dengan Aceh

Kalimat ini bisa jadi hanya seloroh biasa atau tulus dari hati. Pasalnya, warga Bangladesh dan Rohingya kepincut dengan warga Aceh karena kebaikan hati mereka.

Sejak awal tiba di pantai Aceh pekan lalu, warga Aceh berbondong-bondong memberi bantuan, yang kini menggunung di Kuala Cangkoy.

"Saya tidak ingin kembali ke kampung, saya ingin menjadi warga Aceh," kata Muhammad Hasyim, salah satu pengungsi Bangladesh, dengan bahasa Melayu seadanya.

Di tempat pelelangan ikan Kuala Cangkoy, pemandangan yang sama juga bisa disaksikan.

Ibu-ibu dan wanita remaja Aceh bersenda gurau dengan wanita Rohingya. Bertanya nama, berbincang dan tertawa lepas, kendati tidak mengerti bahasa satu sama lain.

Anak-anak Rohingya, sebagian bertelanjang dada, terlihat riang memainkan mainan yang diberi para relawan.

Ingin tinggal di Aceh

Kebahagiaan masyarakat Rohingya ini seakan menghapuskan penderitaan mereka setelah berada di ujung tanduk kematian saat empat bulan terkatung-katung di lautan.

Para pengungsi mengaku senang disambut baik di Indonesia, khususnya di Aceh.

Warga Rohingya, Muhammad Kamal Hussain, berharap bisa terus tinggal di provinsi ini. Namun warga Bangladesh yang kini dipisahkan dari Rohingya kemungkinan besar akan dideportasi ke negara mereka. Sementara Hussain belum jelas nasibnya.

"Saya ingin tinggal di sini. Lebih baik saya mati dari pada tidak bisa tinggal di sini," ujar pria 22 tahun ini.

Warga Rohingya menerima matras untuk alas tidur di penampungan darurat mereka di Aceh. (Reuters/Beawiharta)
Warga Aceh sendiri mengaku tidak keberatan menerima para pengungsi Rohingya, apalagi mereka adalah saudara sesama Muslim yang harus dibantu.

"Kami menerima mereka di sini, bahkan jika boleh menjadi warga Aceh," kata Sofiah Farhan, 17, pelajar di Kuala Cangkoy.

"Tidak ada ruginya menerima mereka di sini," ujar Muhammad Rizal, 35, guru madrasah setempat.

Sementara, secara terpisah, pengamat internasional Hikmahanto Juwana menyarankan agar pengungsi Rohingya ditempatkan di tempat penampungan khusus justru agar tidak berbaur dengan warga setempat, bila perlu di sebuah pulau tersendiri.

"Pulau ini juga memastikan agar kaum Rohingya tidak berbaur dengan warga setempat, khususnya warga Indonesia," kata Hikmahanto.

Hal itu, menurut Hikmahanto, untuk mencegah mereka kabur dari tempat tahanan. "Di Indonesia kan mudah mendapatkan KTP. Belum lagi mereka bisa menikah dengan WNI. Ujung-ujungnya secara ilegal mereka akan mendapat kewarganegaraan Indonesia," kata Hikmahanto lewat pesan teks kepada CNN Indonesia, Rabu.

Jika sudah begitu, maka mereka akan memberitahu sanak saudara di kampung halaman bahwa Indonesia ternyata bukan tujuan yang buruk. "Datanglah 'tsunami' berikut." (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER