Beirut, CNN Indonesia -- Penyergapan Pasukan khusus AS terhadap seorang pemimpin ISIS di Suriah mengejutkan kelompok jihadis ini karena menewaskan tidak hanya sasaran utama tetapi juga dua tokoh penting lain.
Sumber-sumber di kalangan jihadis di Suria mengatakan pasti ada mata-mata di dalam gerakan ini, dan dia menyampaikan informasi penting yang membantu tentara AS membidik rumah sasaran pada Sabtu dini hari ketika sebagaian besar pengawal berangkat untuk bertempur di garis depan.
Mereka menyebutkan kelompok garis keras ini masih merasa terkejut, tetapi berjanji akan menemukan pihak-pihak yang dicurigai menjadi mata-mata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ISIS kini juga mempertimbangkan untuk memperketat prosedur rekrutmen untuk mencari mata-mata, dan mendirikan unit khusus untuk mengatasi serangan seperti itu di masa depan.
“Ini satu pelajaran. Kami melihat kejadian itu sebagai pelajaran untuk tidak menganggap enteng musuh, siapapun dia,” kata salah kelompok perlawanan di Suriah yang memberi pernyataan kepada kantor berita Reuters melalui internet.
Para pejuang kelompok ini tidak diijinkan berhubungan dengan media dan akan dijatuhi hukuman berat jika melanggar aturan ini
Pasukan Delta Amerika Serikat tiba di wilayah Suriah timur itu pada Sabtu (16/5) pagi untuk melakukan serangan darat. Selama ini Amerika Serikat hanya melakukan serangan udara untuk menggempur sasaran-sasaran ISIS yang kini menguasai sebagian wilayah Iran dan Suriah.
Dalam operasi ini, tentara AS berhasil menewaskan Abu Sayyaf, seorang warga Tunia yang menurut Washington bertanggungjawab atas sektor keuangan ISIS, dan terlibat dalam penanganan sandera asing.
ISIS belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan di provinsi Deir al-Zor, dan tampaknya tidak mengganggu kegiatan kelompok itu di wilayah yang dikuasai. Seorang penduduk di kota Raqqa, ibukota de fakto ISIS, mengatakan kehidupan di sana tidak berubah.
Sumber-sumber Reuters mengatakan dua pemimpin ISIS lain tewas dalam operasi AS hari Sabtu itu. Mereka adalah Abu Taym, seorang warga Arab Saudi yang diyakini bertanggungjawab atas operasi minyak di wilayah, dan Abu Mariam yang bertugas di bidang komunikasi ISIS.
Dua saudara lelaki Abu Sayyaf terluka dalam operasi serangan itu, dan isterinya, yang diyakini bertanggungjawab atas pasar perbudakan kaum perempuan Yazidi yang diculik, berhasil ditangkap dan dibawa ke Irak.
“Hal ini terjadi karena mata-mata. Orang dalam memberi bantuan kepada mereka,” ujar seorang pejuang di Suriah, yang tidak mau disebutkan namanya.
“Mereka tahu benar sasaran yang dituju dan waktu yang tepat untuk menyerang. Mereka langsung menuju gedung tempat dia tinggal bersama keluarganya. Mereka melakukan serangan itu ketika jumlah penjaga keamanan di lokasi kejadian tidak banyak karena dikerahkan ke satu medan tempur,” tambahnya.
Pembatasan RekrutmenAbu Sayyaf dan keluarganya tinggal di satu kompleks yang terdiri dari 50 gedung, setiap gedung memiliki empat lantai dan ditinggali oleh 1.000 orang, termasuk warga sipil.
 ISIS mempergunakan cara intimidasi dengan menghukum mati sandera dan mata-mata di depan umum untuk mencegah mata-mata masuk ke organisasi itu. (Reuters TV) |
Kompleks ini dibangun oleh pemerintah Suriah untuk menampung keluarga pekerja dan ahli teknik yang menjalankan kilang minyak dan gas al-Omar.
Ketika ISIS merebut wilayah itu tahun lalu, hanya puluhan pegawai pemerintah yang dipertahankan agar kilang itu tetap bisa beroperasi. Sisanya dibunuh atau diusir, dan rumah mereka diserahkan kepada para pejuang ISIS dan keluarga mereka.
“ISIS kini menerapkan aturan baru. Salah satunya adalah membuat persyaratan ketat bagi anggota baru. Anggota akan diperiksa ulang, sementara anggota baru harus mendapat rekomendasi,” kata pejuang ISIS asal Suriah.
Awal bulan ini, ISIS merilis rekaman suara ketuanya Abu Bakr al-Baghdadi. Dia meminta para pendukung di seluruh dunia untuk bergabung dalam pertempuran di Suriah dan Irak. Ratusan pejuang asing memenuhi jajaran pejuang kelompok itu dan belum jelas apakah aturan baru itu akan memperlambat aliran pejuang asing.
ISIS diam-diam telah menunjuk orang lain untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Abu Sayyaf, dan tidak ada pertanda kematiannya berdampak langsung pada pergerakan kelompok itu ataupun struktur organisasinya.
Hanya beberapa jam setelah serangan AS itu, ISIS berhasil merebut ibukota provinsi Anbar, Ramadi, di Irak yang menjadi pukulan besar bagi pemerintah Irak dan negara-negara Barat yang mendukungnya. Setelah itu, ISIS pun terus menggempur kota tua Palmyra.
Sumber-sumber jihadi mengatakan ISIS dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan terganggu jika seorang tokoh utamanya tewas.
“Kami di sini untuk mati, kami di sini untuk menjadi syuhada. Bahkan Kalifah kami akan menjadi syuhada suatu saat nanti. Dan jika ini terjadi, ISIS tidak akan hancur. ISIS sudah lebih besar daripada hanya satu orang,” kata seorang pejuang lain.
Harga Diri TerlukaPara pejuang di Suriah yang dihubungi Reuters pada awalnya kaget operasi semacam itu bisa terjadi, dan pendukung setia di media sosial pun tidak banyak memberitakan atau bahkan menyinggung insiden itu.
Kelompok ini sangat membanggakan diri karena tidak bisa ditembus oleh dinas intelijen asing, terutama di Suriah, dan mereka yakin bisa menemukan mata-mata sebelum bisa bergerak.
 Amerika Serikat lebih mengandalkan serangan udara ke arah sasaran ISIS di Suriah dan Irak. (Reuters/Shawn Nickel) |
Jika tertangkap, tersangka mata-mata seringkali dieksekusi di depan umum, dan rekaman video pemenggalan kepala atau penembakan mereka diunggah di internet untuk mencegah orang yang berniat menjadi mata-mata.
Jenazah mereka terkadang dibiarkan tergeletak selama berhari-hari untuk menakut-nakuti orang lain.
Komunikasi dengan media jarang dilakukan dan sangat dikendalikan.
Para pejuang memandang pembatasan seperti itu berhasil membuat organisasi itu bergerak diam-diam, dan seringkali menyerang musuh dengan tiba-tiba.
Menurut mereka faktor inilah yang menggagalkan satu operasi penyergapan serupa Amerika Serikat untuk membebaskan sandera asal negara itu tahun lalu.
“Kami tahu serangan itu akan terjadi. Kami diam-diam meninggalkan tempat itu. Mereka tiba dan tempat itu kosong,” ujar seorang pejuang Suriah yang mengaku pernah berada di Raqqa.
“Tetapi kali ini mereka berhasil. Berkat mata-mata, tetapi mereka akan segera ditemukan dan dihuku. Kami sendiri akan terus melanjutkan jalan hidup kami, berjihad.”
(yns)