Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang balita pengungsi Rohingya meninggal dunia sore ini akibat penyakit tetanus yang dideritanya. Sebelumnya dia telah dirawat sejak pertama kali diselamatkan dari laut, Jumat pekan lalu.
Dr. Hendri, kepala rumah sakit umum Kuala Langsa, mengatakan bahwa balita berusia tiga tahun itu meninggal dunia pada Rabu sore (20/5). Sebelumnya, kata dia, balita bernama Shahera Habibi itu sempat masuk IGD di pagi hari.
"Ketika pertama kali masuk rumah sakit Jumat lalu, keadaan sudah parah. Dia kejang, kaku tangan dan kakinya, akibat penyakit tetanus," ujar Hendri kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendri melanjutkan, Habibi memiliki banyak luka di tangannya. Tetanus bisa terjadi akibat luka terkena besi berkarat, diduga dari kapal tempat dia berada dalam beberapa bulan terakhir.
Selain itu, bocah itu juga mengalami kelainan perkembangan otak depan. "Usianya tiga tahun tapi beratnya hanya sembilan kilogram," jelas Hendri.
Habibi langsung dimakamkan di pekuburan RS Kuala Langsa. Sementara itu orangtua Habibi saat ini ada di penampungan pelabuhan Kuala Langsa.
Menurut catatan dinas kesehatan, saat ini ada 677 pengungsi di Kuala Langsa. Ini belum ditambah pengungsi asal Rohingya dan Bangladesh di beberapa tempat lainnya di Aceh.
Berbagai penyakit kini mendera para pengungsi. Menurut bidan Sri Ulina yang bertugas di pos medis Kuala Langsa, para pengungsi banyak yang mengalami berbagai penyakit, salah satunya diare dan demam.
"Ada yang menderita hepatitis. Jika ada yang berpenyakit berat langsung dirujuk ke rumah sakit," kata Sri.
 Sahera Bibi, balita berusia tiga tahun pengungsi Rohingya di Aceh meninggal karena tetanus, Rabu (20/5). (Dok. RS Kuala Langsa) |
Sementara di penampungan Kuala Cangkoy, Aceh Utara, beberapa pengungsi mengalami demam, gatal dan diare. "Kami khawatir mereka menderita thypus atau malaria," kata dokter relawan dari lembaga bantuan Dompet Dhuafa Aceh, Rezki.
(den/rsa)