Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Thailand menyatakan tidak akan mengembalikan imigran yang terdampar di perairan Thailand ke tengah laut. Pernyataan ini dikemukakan Thailand sesaat setelah melakukan pertemuan khusus membahas eksodus ribuan imigran asal Myanmar dan Bangladesh, dengan Malaysia dan Indonesia, pada Rabu (20/5).
Kementerian Luar Negeri Thailand juga menyatakan negara-negara yang terkait dengan imigran harus bekerja sama "memberangus jaringan penyelundupan dan perdagangan manusia untuk mencegah alirasi migrasi besar-besar di kasawan" tersebut.
"Thailand berkomitmen akan memberikan bantuan kemanusiaan dan mendesak masyarakat internasional untuk memberikan perlindungan terhadap imigran gelap yang terkatung-katung di laut," bunyi pernyataan dari Menteri Luar Negeri Thailand Tanasak Patimapragorn, dikutip dari Channel NewsAsia, Rabu (20/5)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlindungan terhadap imigran gelap di laut dilakukan atas dasar pembagian beban internasional dan sesuai dengan hukum domestik masing-masing," bunyi pernyataan tersebut.
Thailand juga menyinggung perlunya pembentukan solusi jangka menengah dan solusi jangka panjang yang berkelanjutan untuk menangani kasus imigran gelap.
"Negara asal, negara transit dan negara tujuan, serta masyarakat internasional harus bekerja secara kolektif untuk memecahkan masalah ini, sehingga masalah ini tidak menjadi beban satu negara saja," bunyi pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Thailand Udomdej Sitabutr menekankan bahwa Thailand bukan merupakan negara tujuan para imigran dari Myanmar dan Bangladesh.
"Ini bukan negara yang ingin didatangi Rohingya. Jika mereka memasuki perairan Thailand, kami akan mengirimkan pihak berwenang untuk melihat apakah ada yang terluka atau sakit. Jika mereka sakit, kami akan merawat mereka. Namun jika mereka ingin pergi ke negara lain, mereka bisa. Kami tak bisa memaksa mereka melakukan apapun," kata Sitabutr.
Thailand akan menggelar pertemuan di Bangkok pada 29 Mei 2015 untuk membahas masalah imigrasi di Samudera Hindia. Pertemuan tersebut rencananya akan dihadiri oleh 17 negara, dua negara pengamat dan tiga organisasi internasional.
Konferensi ini diharapkan dapat menjadi forum untuk membahas kerjasama regional dalam mencegah dan memecahkan masalah imigran gelap di kawasan Asia Tenggara secara konkrit dan berkelanjutan.
Malaysia dan Thailand telah meminta Myanmar untuk membendung aliran eksodus etnis Rohingya, namun Myanmar menolak bertanggungjawab atas masalah ini dan mengklaim bahwa etnis Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh.
Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, jumlah imigran asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di Aceh sebelumnya telah mencapai 1.346 orang. Jumlah ini belum termasuk ratusan imigran yang terdampar di perairan Aceh pada Rabu (20/5) pagi.
Kemenlu saat ini masih menunggu hasil verifikasi yang dilakukan UNHCR dan IOM soal status imigran tersebut.
Sementara, jumlah imigran di Indonesia yang saat ini menunggu resettlement telah mendekati angka 12 ribu jiwa.
(ama/ama)