Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Thailand menahan 20 aktivis mahasiswa yang memprotes pemerintahan militer pada Jumat (22/5), setahun setelah militer mengkudeta pemerintahan.
Pihak militer membatalkan demonstrasi publik dan beberapa tanda perlawanan terhadap kudeta yang diklaim militer bertujuan untuk mengakhiri kekerasan antara faksi-faksi yang bersaingan.
Pemerintah militer menjanjikan pemilihan umum tahun depan, namun banyak yang mengkhawatirkan konstitusi baru yang dianggap tidak demokratis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para aktivis menggelar pertunjukan untuk menandai setahun kudeta. Tentara menahan tujuh mahasiswa yang memegang tanda anti kudeta setelah mereka berkumpul di Kota Khon Khaen.
"Kami mengundang mereka untuk berbicara, tetapi mereka tidak akan mundur jadi kami mengirim mereka ke polisi," kata seorang tentara di daerah yang menolak untuk diidentifikasi.
Di Bangkok, polisi menahan 13 anggota Pemuda untuk Sosial-Demokrasi yang memprotes kudeta. Para aktivis kemudian dibebaskan, kata kelompok itu pada halaman Facebook-nya.
Tak lama setelah itu, polisi menahan lebih dari 30 orang di luar Pusat Seni dan Kebudayaan Bangkok.
Selama satu dekade terakhir, Thailand telah terperosok ke dalam percekcokan politik. Pergantian pemerintahan beberapa kali terjadi, sejak taipan yang juga mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra digulingkan.
Pemerintahan yang dipimpin oleh adik Thaksin, Yingluck Shinawatra, digulingkan pada tahun lalu.
Human Rights Watch pada Jumat mengatakan junta telah sistematis melakukan pelanggaran HAM dengan melarang aktivitas politik, menyensor media dan mengadili mereka yang menentang di pengadilan militer.
(stu)