Seoul, CNN Indonesia -- Ribuan peretas militer Korea Utara dipercaya bisa "membunuh orang dan menghancurkan kota". Hal ini disampaikan oleh seorang pembelot, seperti dilansir The Independent pada Jumat (29/5).
Pembelot yang kabur dari Korut tahun 2004, Professor Kim Heung Kwang, mengaku para mahasiswa jurusan komputer didikannya yang paling pintar dipilih untuk masuk Biro 121 menjadi "prajurit siber" Kim Jong Un.
"Perkembangan badan yang melakukan serangan siber semakin meningkat, sekarang mencapai 6.000 orang," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kim mengatakan alasan Korea Utara menyerang jaringan internet negara lain adalah untuk menunjukkan kemampuan perang siber yang mereka miliki.
"Serangan siber mereka mempunyai dampak seperti serangan militer, pembunuhan dan penghancuran kota,"kata Kim.
Professor Kim yang mengajar di Hamheung Computer Technology percaya peretas Korut tengah mengembangkan malware seperti "Stuxnet" yang menyerang fasilitas nuklir Iran, diduga buatan Amerika Serikat dan Israel.
Meskipun ancaman tersebut terdengar hanya teori, tapi 20 persen dari angggaran Militer Korut diyakini masuk dalam operasi online tersebut.
Salah satu tuduhan peretasan oleh Korut adalah dibocorkannya email para pemimpin Sony Picture tahun lalu. Saat itu, rumah produksi itu hendak meluncurkan film komedi parodi Korut berjudul The Interview. Kendati membantah, namun Korut menyatakan mendukung hacker yang melakukan hal tersebut.
Selain itu, serangan hacker Korut diduga juga mengincar infrastruktur Korea Selatan. Sebelumnya pemerintah Seoul telah menuduhk Kort meretas sistem pembangkit listrik tenaga nuklir dan air mereka awal tahun ini.
Laporan soal peretasan ini muncul di tengah munculnya citra satelit oleh Amerika yang menunjukkan pembangunan peluncuran roket baru di Korut.
Korut sebenarnya dilarang meluncurkan roket atau teknologi peluncuran rudal balistik oleh Dewan Keamanan PBB. Tapi Kim bersikeras bahwa teknologi mereka tidak bisa dihentikan.
Pyongyang menegaskan bahwa peluncuran roket mereka di Sohae, yang pertama kali meluncurkan roket ke angkasa pada Desember 2012, adalah untuk tujuan damai.
Rabu ini di Seoul, dilakukan pertemuan Korsel, Amerika Serikat dan Jepang untuk membahas soal senjata nuklir Korut.
(den)