Sarajevo, CNN Indonesia -- Paus Fransiskus mendesak warga Bosnia untuk menciptakan keharmonisan etnis dan agama untuk mengobati luka dalam akibat perang yang menghancurkan bekas Republik Yugoslavia pada 1992-1995.
“Teriakan umat kembali membahana dari kota ini, teriakan pria dan wanita yang memiliki niat baik: tidak akan ada lagi perang,” ujarnya dalam Misa yang dihadiri oleh 65 ribu orang di stadion kota Sarajevo, Sabtu (6/5).
Paus menyebut penderitaan yang dialami oleh warga Bosnia: kamp pengungsi, rumah dan pabrik yang hancur, serta kehidupan yang berantakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Anda tahu benar ini karena kalian mengalaminya di sini: seberapa besar penderitaan, seberapa besar kehancuran, dan seberapa besar rasa sakit!” katanya dalam kotbah berbahasa Italia ini.
Paus kembali mengeluarkan kritik terhadap industri senjta, mengecam “mereka yang berspekulasi atas perang untuk kepentingan penjualan senjata”.
Setelah misa, paus menjadi emosional dalam pertemuan di katedral Sarajevo, dimana dia mendengar cerita pengalaman warga yang disiksa, termasuk dari seorang biarawati yang diculik pada 1993 oleh para pejuang Arab yan datang ke Bosnia untuk berjuang dengan Muslim di negara itu.
Suara biarawati itu bergets ketika mengatakan bahwa penculiknya mengancam akan membunuh dia kecuali pastor yang ada di ruangan yang sama menginjak rosario. Sang pastor menolak, dan keduanya kemudian dipukuli.
“Ini adalah kenangan warga. Warga yang tidak memiliki ingatan, tidak memiliki masa depan,” ujarnya.
“Jangan lupakan sejarah anda tetapi bukan untuk membalas dendam, untuk menciptakan perdamaian.
 Bosnia Herzegovina diperintah berdasarkan pembagian kekuasaan tiga kelompok etnis berbeda. (Reuters/Max Rossi) |
Seorang pastor mengingat bagaiman seorang wanita Muslim diam-diam mengirim makanan ketika di ditahan di kamp.
“Wanita Muslim itu percaya pada Tuhan dan merasa di harus berbuat kebaikan,” katanya.
Dalam pertemuan dengan tiga anggota kepresidenan Bosnia sebelumnya, Paus mengatakan inisiatif perdamaian antara warga Kroasia, Serbia dan Bosnia memperlihatkan, “luka yang sanga tdalam pun bisa disembuhkan dengan memurnikan ingatan dan menanamkan harapan pada masa depan.”
Umat Katolik yang merupakan suku Kroasia berjumlah sekitar 15 persen dari 3,8 juta penduduk Bosnia. Mereka berbagi kekuasaan dengan Muslim Bosnia dan Ortodoks Serbia dalam sistem kuota etnis yang ditetapkan oleh kesepakatan damai 1995.
(yns)