Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat sedang menyelidiki kemungkinan para istri anggota ISIS memainkan peran yang lebih besar dalam operasi dan komunikasi dari yang diduga selama ini, karena mereka tidak terlalu diperhatikan oleh pihak intelijen negara Barat.
CNN melansir, bulan lalu, serangan udara pimpinan AS di Suriah dan Irak menewaskan Abu Sayyaf, pemimpin senior ISIS yang terlibat dalam operasi finansial dan yang lain, yang lalu berujung pada penangkapan istrinya. Serangan itu memberi informasi intelijen yang signifikan yang menambah pemahaman pihak intelijen mengenai struktur dan komunikasi ISIS.
Meski begitu, banyak pejabat yang mengatakan bahwa semua informasi yang diperoleh dari hasil interogasi terhadap istri militan harus diperiksa dan dikonfirmasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi soal Sayyaf dan istrinya diperoleh oleh AS dari seorang wanita yang melarikan diri dari Sayyaf tahun lalu. Ia menyampaikan apa yang ia tahu mengenai pasangan itu kepada tentara AS yang berada di Irak.
Sebelumnya, sumber CNN mengatakan bahwa dari serangan itu, pihak intelijen berhasil memperoleh data bernilai beberapa
terrabyte, yang bisa mengarah kepada sesuatu untuk ditindaklanjuti.
Seorang sumber lain mengatakan bahwa AS melancarkan serangan beberapa hari lalu yang menewaskan seorang petinggi lokal ISIS berdasarkan informasi yang baru diperoleh intelijen tersebut.
Serangan itu juga memberikan rincian tentang bisnis minyak ISIS. Sumber CNN menegaskan bahwa AS yakin bahwa sekitar setengah dari pendapatan minyak ISIS dialokasikan untuk operasi militer dan perang mereka.
Sisanya digunakan untuk membayar pekerja minyak dan mendukung fasilitas produksi yang secara rutin ditargetkan oleh serangan udara koalisi.
Namun sumber itu mengatakan bahwa AS tidak bisa memastikan apakah para pekerja minyak ISIS benar-benar bagian dari organisasi atau diintimidasi untuk bekerja untuk mereka.
Abu Sayyaf adalah kunci pejabat senior ISIS yang mengurusi bisnis minyak dan menyimpan catatan penting tentang itu.
Sumber pertama mengatakan bahwa komputer, perangkat keras, ponsel dan materi lain yang disita mengkonfirmasi bahwa Abu Bakr al-Baghdadi, yang memimpin ISIS, telah berhubungan langsung dengan Abu Sayyaf di masa lalu.
Selama beberapa bulan terakhir, AS memiliki informasi intelijen yang menunjukkan kemungkinan lokasi Baghdadi. Namun karena infromasi itu terlalu terlambat, samar atau tidak lengkap, dan belum diverifikasi, AS belum mampu meluncurkan serangan udara atau serangan operasi khusus dengan misi menargetkan Baghdadi.
Baghdadi kini diyakini tinggal di wilayah padat popualsi, karena tahu AS tidak akan menargetkan wilayah semacam itu karena berisiko menyebabkan korban sipil. Namun Banghdadi juga dipercaya sangat berhati-hati dalam pemakaian telepon seluler atau perangkat elektronik lain agar tidak terlacak.
“Ia sangat pintar, ia tahu bahwa kita mengawasinya,” kata sumber itu.
(stu)