Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS mempraktikan perbudakan wanita dengan sangat keji. Para wanita, dan tak jarang perempuan yang masih berusia remaja tak jarang diperjualbelikan dengan harga yang sangat murah, bahkan ditukarkan dengan sebungkus rokok.
Dilaporkan The Guardian, utusan PBB Urusan Kekerasan Seksual, Zainab Bangura, mengungkapkan hal ini ketika dia mengunjungi Irak dan Suriah pada April lalu. Bangura memaparkan bahwa para militan ISIS menculik gadis remaja untuk diperdagangkan di pasar budak dengan bayaran, paling minimal, sebungkus rokok.
"Ini merupakan perang yang dilakukan melalui tubuh perempuan," kata Bangura, dikutip dari The Guardian, Senin (8/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kunjungannya tersebut, Bangura berkesempatan untuk bertemu dan berbincang dengan para wanita dan gadis remaja yang berhasil melarikan diri dari pusat penahanan yang terdapat di sejumlah daerah yang dikendalikan ISIS.
Selain itu, Bangura juga bertemu dengan para pemuka agama dan politik setempat, serta mengunjungi para pengungsi di sejumlah negara tetangga seperti Turki, Libanon dan Yordania.
Bangura menyatakan bahwa militan ISIS terus menjalankan pasar budak untuk gadis remaja diculik pada sejumlah serangan terbaru. Namun, Bangura menyatakan sulit menentukan jumlah para korban perdagangan wanita yang dijual oleh ISIS sebagai budak.
"Mereka menculik gadis dari wilayah yang berhasil mereka rebut. Setiap merebut wilayah baru, mereka mempunyai 'pasokan gadis baru'," kata Bangura.
Bangura menyatakan gadis remaja diculik bisa dijual dengan harga yang sangat rendah, seperti sebungkus rokok, namun juga ada yang dijual dengan harga ratusan hingga ribuan dolar.
Bangura juga menggambarkan siksaan yang dilakukan ISIS terhadap beberapa gadis remaja yang diculik, sebagian besar merupakan remaja dari etnis minoritas Yazidi, yang dianggap kafir oleh ISIS.
"Beberapa dari mereka diculik untuk kemudian dikurung di dalam sebuah kamar di sebuah rumah kecil bersama dengan 100 korban lainnya. Mereka ditelanjangi dan disiram air," ujar Bangura.
Para korban penculikan kemudian diminta berbaris di hadapan sekelompok orang. Di situlah harga tubuh mereka ditentukan.
Bangura menceritakan kisah seorang gadis berusia 15 tahun yang dijual ke seorang pemimpin ISIS yang bergelar syekh berusia 50-an. Syekh itu memperlihatkan sepucuk pistol dan sebuah tongkat kepada sang gadis sembari berkata, "Yang mana yang kamu inginkan?"
"Sang gadis berkata 'Pistol', namun si syekh menjawab 'Saya tidak membeli kamu agar kamu bisa bunuh diri', sebelum memperkosa sang gadis," kata Bangura.
Strategi penting bagi ISISPenculikan gadis remaja telah menjadi strategi penting bagi ISIS untuk merekrut pejuang asing dari luar Irak dan Suriah selama 18 bulan terakhir.
"Ini merupakan cara mereka menarik pejuang muda: kami memiliki wanita yang menunggu Anda, para gadis perawan yang dapat Anda nikahi," kata Bangura.
"Para pejuang asing inilah yang menjadi tulang punggung berbagai pertempuran ISIS," ujar Bangura melanjutkan.
PBB belakangan melaporkan bahwa jumlah pejuang asing yang bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah telah mendekati angkan 25 ribu jiwa, berasal dari lebih 100 negara di seluruh dunia.
Begitu kejamnya pratik perdagangan wanita di dalam wilayah ISIS, Bangura menyamakannya dengan praktik penjualan wanita yang marak pada abad pertengahan.
"ISIS membangun masyarakat yang mencerminkan abad ke-13," ujar Bangura.
Untungnya, lanjut Bangura, sejumlah kelompok masyarakat seperti etnis Yazidi menyambut paa gadis yang berhasil melepaskan diri dari cengkraman ISIS dan mendukung mereka kembali menata hidup.
Bangura memuji pemimpin agama Yazidi, Baba Sheikh, yang menyerukan kepada publik bahwa gadis korban penculikan harus diterima kembali di masyarakat. Hingga saat ini, kata dia, belum ada pemimpin spiritual lain yang menyerukan hal semacam itu.
Bangura kini tengah menyusun rencana kerja untuk menghentikan kekerasan seksual terhadap perempuan. Sebuah tim teknis dari PBB juga dijadwalkan mengunjungi Irak dan Suriah untuk membantu para gadis korban perbudakan ISIS.
(ama/ama)