Penyelundup Manusia Hasilkan Rp2,6 Miliar Sebulan

Ike Agestu | CNN Indonesia
Kamis, 11 Jun 2015 18:16 WIB
Sindikat perdagangan manusia di Libya meraup hingga miliaran rupiah sebulan, memanfaatkan konflik Libya untuk mengirim imigran ke Eropa.
Sindikat perdagangan manusia di Libya meraup hingga miliaran rupiah sebulan, memanfaatkan konflik Libya untuk mengirim imigran ke Eropa. (Reuters/Antonio Parrinello)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berasal dari keluarga yang tak mampu, Zouhar, 23, bisa dibilang cukup sukses. Ia sudah membeli tanah, rumah untuk keluarganya, dan mobil baru untuk ia pakai sehari-hari. Namun itu hanya sebagian kecil dari pendapatan yang ia peroleh setiap bulannya, sebesar US$200 ribu atau setara Rp2,6 miliar.

Dilansir The Independent, Zaouhar adalah seorang pelaku perdagangan manusia, yang memanfaatkan kekacauan di Libya dengan menyelundupkan imigran dari Afrika ke daratan Eropa. Sekitar 5.000 imigran diselamatkan di Laut Mediterania pada tiga hari terakhir ini saja, 95 ribu imigran sudah berhasil menyeberang sepanjang 2015, dan 2.000 lainnya tewas saat berupaya menyeberang.

Pusat operasi penyelundupan imigran Zouhar terletak di pelabuhan Zuwara, Libya. Dan ia hanya satu contoh dari banyak pelaku perdangan manusia lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hamza, 38, di Garbouli, Libya, juga menghasilkan banyak uang dari hal serupa, sekitar US$160 ribu per bulan. Jumlah ini ia harap akan meningkat karena ia sudah menemukan harga lebih murah untuk kapal yang mengangkut imigran mengarungi lautan.

Meresahkan Eropa, eksodus para imigran ini melibatkan milisi—yang berkembang di Libya sejak revolusi yang berhasil menggulingkan mantan Presiden Muammar Gaddafi—geng kriminal dan pejabat korup. Para imigran datang dari berbagai negara; Suriah, Tunisia, Palestina, Eritria, Ethiopia, Somalia, Niger, Nigeria, Sudan, Gambia, dan Chad.

Banyak yang harus melintasi perjalanan gurun pasir lalu melanjutkan kembali naik perahu demi mimpi mencapai hidup yang lebih baik di Eropa.

Sindikat penyelundup manusia yang menggunakan Zuwara dan Garbouli sebagai titik keberangkatan memiliki perbedaan dengan beberapa lokasi keberangkatan lain. Di Zuwara, sebagian besar imigran ilegal beradal dari Suriah, dan sebagian kecil lain dari Tunisia dan Maroko.

Banyak diantara mereka terdiri dari keluarga dan satu orang dikenai biaya sekitar US$1.500 hingga US$2.000. Beberapa lainnya bersedia untuk membayar lebih untuk memastikan kapal tak terlalu penuh.

Ketika mendekati teritori Italia, kapal akan mengontak polisi laut Italia. “Pekerjaan kami selesai: kami meninggalkan penumpang kami dalam kondisi baik. Kami tahu pemerintah Eropa tak akan mengirim balik orang Suriah karena perang di negara mereka. Mereka pada akhirnya akan diberi suaka. Jadi kami memenuhi kontrak kami dan memastikan mereka sampai ke Eropa,” kata Zouhar.

Zouhar merinci uang yang harus dikeluarkan setiap kali kapal bertolak dari Libya; US$25 ribu untuk kapal, biaya perantara US$150 per penumpang, US$700 untuk telepon dan pelacak GPS, US$600 untuk bahan bakar, US$500 untuk jaket pelampung, makanan dan air minum.

Sindikatnya mengirim satu kapal berisi imigran setiap minggu, dan berhasil mendapat pendapatan kotor sekitar US$185 ribu. Setelah dipotong dengan macam-macam biaya dan membagi hasil dengan rekannya, Zouhar mendapat US$50 ribu per minggu.

Namun, nyatanya meski telah membayar mahal, para imigran masih terus menderita sepanjang perjalanan di atas perahu.

“Kami dipukul terus-terusan. Di Sabha (selatan Libya), kami harus bekerja di ladang, mengangkut hasil panen. Tiga perempuan dibawa pergi, satu dari mereka memiliki anak kecil, kami tak pernah melihatnya lagi,” kata Ali Mohammed Sharkarke, 27, asal Somalia. Ia merogoh US$2.000 hanya untuk membayar penyelundup yang membawanya dari Somalia sampai Libya.

Sebanyak 95 ribu imigran sudah berhasil menyeberang ke Eropa sepanjang tahun ini. (Ministry of Defence/Crown Copyright/Handout via Reuters)
“Saya sudah sejauh ini, saya tidak bisa kembali sekarang, apa yang ada di Somalia selain perang? Negara Barat tahu soal al-Shabaab, jadi bagaimana bisa mereka mengirim kami kembali ke sana?” ujar dia.

Di Misrata, Kolonel Rida Benissa, komandan polisi laut di utara Libya, mengatakan bahwa mereka sudah memberi informasi kepada otoritas Italia bahwa terdapat dua kapal dengan bendera Kamboja dan Georgia yang secara reguler menjemput dan mengantar imigran, berpura-pura menyelamatkan imigran.

“Namun kami tidak menerima respon apapun dari Italia. Kami juga memiliki bukti soal keterkaitan antara geng Libya dan Italia, namun mereka tak tertarik, mereka malah menahan empat kapal patroli kami yang dikirim ke Italia untuk diperbaiki, karena mereka tidak mengakui pemerintahan (di Tripoli) kami,” kata Benissa.

Saat ini, terdapat dua pemerintahan yang mengklaim kekuasaan di Libya. Pemerintahan yang diakui oleh internasional saat ini memerintah dari timur Libya setelah kelompok bersenjata yang menamakan diri mereka "Libya Dawn" merebut Tripoli dan mendeklarasikan diri sebagai pemerintahan yang sah.

Pada pertemuan G7 awal pekan ini, Perdana Menteri Inggris David Cameron menekankan pentingnya melibatkan Libya dan mendorong stabilitas di negara itu agar arus imigran bisa disetop.

"Dua kunci penting yang kita butuhkan adalah pemerintah Libya dan memutus jaringan antara imigran yang berada di atas perahu dan imigran yang bermukim di Eropa. Kita harus mengambil dua langkah tersebut," katanya.

Cameron memberikan sebuah contoh sejarah Eropa dimana pemerintah Spanyol berhasil menangani masalah ini. Saat orang-orang tiba di Pulau Canary dalam jumlah yang banyak, pemerintah Spanyol bekerja sama dengan negara yang ditinggalkan. Pemerintah Spanyol melatih pelatihan polisi laut mereka, memberi bantuan biaya pembangunan kereta api, membantu menyediakan material dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah imigran. Dan hal itu berhasil menyetop migrasi.

"Kenapa itu tidak berfungsi sekarang karena kita butuh pemerintah Libya untuk mencapai kesepakatan, sehingga kita bisa melakukan itu,” kata Cameron. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER