Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS mengklaim telah berhasil merebut sebuah pembangkit listrik yang terletak di sebelah barat Kota Sirte, Libya, pada Selasa (9/6). Pembangkit listrik ini merupakan salah satu pembangkit yang penting, karena pasokan listrik di wilayah tengah dan barat Libya bergantung pada pembangkit listrik tersebut.
"Pembangkit listrik berhasil kami kuasai," bunyi pesan di akun media sosial ISIS, dikutip dari Reuters, Selasa (9/6).
Direbutnya pembangkit listrik yang tak disebutkan namanya tersebut juga menegaskan keberadaan kelompok militan ini di Libya, dan bahwa ISIS berhasil memukul mundur musuh-musuh mereka dari kota sekitar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perebutan pembangkit listrik ini diawali dengan pertempuran sengit antara ISIS dengan faksi pemerintahan Libya yang tidak diakui secara internasional pada Selasa (9/6) siang. Pasukan Libya kemudian berhasil dipukul mundur dari ibu kota Tripoli, dengan tiga tentara tewas dalam serangan tersebut.
Kelompok militan ISIS memanfaatkan kisruh dan kekosongan keamanan di Libya, empat tahun setelah tersingkirnya Muammar Gaddafi. Terdapat dua faksi pemerintahan di negara ini, yang diakui secara internasional dan yang tidak.
(
Baca juga: Ancaman ISIS Melebar Hingga ke Afrika Utara)
Awal tahun ini, ISIS dilaporkan merebut sebagian besar Kota Sirte, yang merupakan kampung halaman Gaddafi, merebut bandara di kota itu dan memukul mundur pasukan yang yang setia kepada pemerintah Tripoli ke pinggiran kota.
Keberadaan ISIS di Libya di awal sejak video eksekusi warga puluhan Kristen Koptik dan insiden pengeboman di Corinthia Hotel yang mewah di ibu kota Tripoli, dan sejumlah kedutaan dan ladang minyak.
(
Baca juga:
Simpatisan ISIS Serbu Hotel Bintang Lima di Libya)
Maret lalu, ISIS juga menyekap puluhan pekerja medis di
Rumah Sakit Ibn Sina di Sirte. Mayoritas korban penculikan adalah orang Filipina, sementara yang lainnya adalah warga Ukraina, India, dan Serbia. Menurut petugas rumah sakit, mereka diculik lantaran mencoba pergi dari kota tersebut karena situasi keamanan sejak ISIS memegang kendali.
Pemerintah yang diakui secara internasional Libya kini tengah berupaya meraih kekuasaan yang lebih luas setelah kehilangan kendali atas Tripoli dan Libya barat sejak Agustus lalu.
(ama/ama)