Manila, CNN Indonesia -- Pemerintah Filipina berhasil menekan jumlah perokok dan produksi rokok serta minuman beralkohol berkat peningkatan pajak pada "barang berdosa" atau yang dikenal dengan "sin tax".
Diberitakan Asia One, Senin (15/6), kepala bagian pemasukan negara Filipina, Kim Henares, mengungkapkan bahwa pajak barang berdosa telah menurunkan jumlah penjualan rokok hingga hampir sepertiganya antara 2012 hingga 2014.
Peningkatan pendapatan pajak dari rokok bagi Filipina juga meningkat hingga 74,328 miliar peso tahun lalu, dari hanya 32, 16 miliar peso pada tahun 2012.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pajak barang berdosa adalah bagian dari upaya peningkatan pendapatan pajak dan mengurangi dampak buruk dari barang yang merugikan, seperti produk tembakau atau minuman keras yang diterapkan pemerintah sejak tahun 2012.
Menurut data WHO, setiap tahunnya hampir 88 ribu orang meninggal dunia di Filipina akibat rokok. Survei Departemen Kesehatan Filipina tahun 2009 menyebutkan, 28 persen penduduk dewasa negara itu adalah perokok. Sebanyak 10 warga Filipina meninggal setiap jamnya akibat mengisap tembakau.
Rokok menyumbang sebanyak 71 persen kematian akibat kanker paru di seluruh dunia. Kanker paru adalah jenis kanker yang paling banyak terdapat di Filipina.
Sementara itu, minuman keras walau dampaknya tidak sebesar merokok telah menyebabkan kerusakan sosial di masyarakat. Pemerintah Filipina menyebutkan, alkohol telah meningkatkan angka bunuh diri, kekerasan, kecelakaan lalu lintas atau gangguan pada janin.
Awalnya, pajak barang berdosa ini telah diwacanakan di parlemen Filipina sejak tahun 1997. Namun saat itu rencana tersebut terjegal akibat lobi yang gencar dilakukan oleh para pengusaha tembakau.
Menurut Henares, target pengurangan dampak merugikan serta peningkatan pendapatan dengan penerapan pajak barang berdosa terhadap rokok dan minuman keras telah menguntungkan Filipina.
"Kami telah melampaui target," kata Henares.
(den)