Mindanao, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Benigno Aquino berusaha menghidupkan kembali proses perdamaian dengan kelompok separatis Muslim yang sempat terhenti. Dia menyerukan para anggota parlemen untuk secepatnya memberi otonomi di wilayah selatan Filipina tersebut sebelum tenggat waktu habis.
Diberitakan Reuters, hal ini disampaikan Aquino pada Selasa (16/6) dalam sebuah upacara penyerahan 75 pucuk senjata oleh mantan kombatan Front Pembebasan Islam Moro, MILF, di Mindanao.
MILF sebagai kelompok pemberontak Muslim terbesar di Filipina sepakat berdamai dengan pemerintah Maret tahun lalu, diwujudkan dengan penyerahan 15 ribu senjata. Imbalannya, pemerintah Aquino menjanjikan kebebasan MILF mengatur sendiri perekonomian, kebudayaan dan politik dalam kerangka otonomi wilayah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha Aquino menerapkan Dasar Hukum Bangsamoro, BBL, terganjal pertempuran Januari lalu yang menewaskan 44 polisi dan 18 pemberontak di Mindanao. Pembunuhan polisi tersebut adalah krisis terbesar pemerintah Aquino, seruan agar dia turun berdatangan setelah itu.
Aquino telah berkomitmen akan melanjutkan proses perdamaian tersebut sebelum dia meninggalkan jabatannya pada Juni 2016.
Dalam acara tersebut, Aquino menyerukan percepatan rencana otonomi bagi wilayah Mindanao atau yang disebut Bangsamoro.
"Saudara-saudara Moro kami telah membuat komitmen, dan mereka sudah menunjukan kesungguhan mereka," kata Aquino ketika memberikan pidato dalam upacara tersebut.
Memulai hidup baruMILF menyerahkan senjata tersebut pada kelompok pemantau independen di Filipina, dengan imbalan bagi ke-145 mantan kombatan sebesar 25 ribu peso, lebih dari Rp7,3 juta untuk memulai hidup baru sebagai petani.
Ketua MILF Al-Hajj Murad Ebrahim, mengatakan bahwa penyerahan senjata itu bukan tanda kelemahan. "Kami memulai perjalanan panjang menuju transformasi, akan tetapi kami tidak menyerah," kata Murad.
Konflik yang terjadi antara MILF dan Pemerintahan Filipina telah terjadi selama 45 tahun, menewaskan 120 ribu orang, menyebabkan 2 juta orang mengungsi dan menghambat pertumbuhan di wilayah selatan yang kaya akan sumber daya alam.
MILF khawatir Kongres Filipina, yang menangguhkan BBL setelah insiden Januari lalu, akan mencoba menggagalkan rencana Aquino.
Menurut pengamat politik, upacara penyerahan senjata itu tidak lebih dari propaganda dalam upaya meyakinkan anggota parlemen dan rakyat Filipina untuk mendukung BBL.
Survei terbaru menunjukkan bahwa hanya 23 persen rakyat Filipina yang mendukung BBL.
"Aquino ingin menggalang dukungan untuk BBL, tapi dia sudah menjadi pecundang. Anggota kongres tidak akan mempertaruhkan kesempatan mereka untuk terpilih lagi dengan mendukung Aquino," kata Earl Parreno dari Institute Reformasi Politik dan Pemilu.
(den)