Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan pidana Ankara menjatuhkan hukuman penjara 21 bulan yang ditangguhkan kepada Bulent Kenes, pemimpin redaksi harian berbahasa Inggris terkemuka Turki, Today's Zaman, karena telah menghina Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan sang ibu presiden.
Dilaporkan The Guardian, Kenes divonis bersalah karena menghina Erdogan di akun Twitter-nya pada Juli 2014. Dalam cuitannya, Kenes menyatakan jika ibu Erdogan masih hidup hingga saat ini, dia akan malu melihat perbuatan Erdogan di Turki.
Cuitan Tenzile itu tersebar di bulan terakhir masa jabatan Erdogan, sebelum dia memenangkan pemilihan presiden pada bulan Agustus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu Erdogan, Tenzile, wafat pada 2011. Kala itu, Erdogan terlihat berduka di depan publik atas kehilangannya.
Hukuman ini terjadi di tengah kekhawatiran atas penahanan sejumlah wartawan, blogger dan warga biasa yang dibawa ke pengadilan atas tuduhan menghina Erdogan dan pejabat tinggi lainnya.
Kasus ini juga mengingatkan publik kepada model dan mantan ratu kecantikan Miss Turki, Merve Buyuksarac, yang diadili pada Mei lalu atas tuduhan menghina Erdogan.
Dalam pembelaannya, Kenes berpendapat bahwa dia dilindungi oleh hukum Turki soal kebebasan berbicara. Selain itu, Kenes berkilah bahwa cuitannya tidak secara langsung menyebutkan Erdogan.
Namun, argumen ini ditolak oleh pengadilan yang kemudian memberinya hukuman satu tahun dan sembilan bulan. Meski demikan, pengadilan memutuskan untuk menangguhkan hukuman terhadap Kenes selama lima tahun.
Today's Zaman dilaporkan dekat dengan ulama yang berbasis di Pennsylvania, Fethullah Gulen, yang merupakan mantan sekutu Erdogan. Kini, Gulen disebut-sebut sebagai musuh bebuyutan Erdogan.
Menyusul tuduhan korupsi yang menggemparkan pada 2013 lalu terhadap lingkaran dalam Erdogan, ribuan pengikut Gulen dibersihkan dari kepolisian dan peradilan.
Sejumlah kelompok HAM telah lama mengkritik pemerintahan Turki atas penahanan yang sewenang-wenang terhadap para wartawan. Kebebasan pers dinilai makin memburuk sejak Erdogan menjadi presiden.
Sebelumnya, Erdogan melontarkan pernyataan yang menyebabkan kemaran publik baru-baru ini. Pasalnya, Erdogan menyatakan pemimpin redaksi media oposisi, Cumhuriyet, Can Dundar "akan membayar harga mahal" karena memberitakan dugaan Turki menyelundupkan senjata kepada kelompok pemberontak Suriah.
(ama/stu)