Donetsk, CNN Indonesia -- Seorang wartawan media oposisi Moskow ditangkap, ditahan dan dituduh menyelundupkan obat-obatan di teritori Donetsk. Ia ditahan ketika sedang meliput aksi demonstrasi anti-perang pada Senin (15/6) kemarin.
Wartawan tersebut adalah Pavel Kanygin. Ketika proses peliputan usai, esok hari Pavel didatangi oleh sekelompok orang yang mengaku berasal dari petugas keamanan Donetsk.
Mereka menuduh Kanygin bekerja untuk media pro-Kiev, setelah melihat kartu identitas wartawan Ukraina yang dibawanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dibawa ke Kementerian Keamanan Donetsk, di mana salah satu petugas menodongkan senjata ke saya dan berkata ia akan menembak saya, jika saya bergerak sedikit saja," ujar Kanygin dikutip dari Russian Today, setelah dibebaskan pada Selasa (17/6) malam.
Lebih lanjut Kanygin mengaku ditanya oleh petugas tentang apakah ia mendukung Donetsk atau Ukraina. Ia pun menjawab bahwa ia mendukung perdamaian.
Mendengar jawaban tersebut, petugas langsung menonjok wajah Kanygin. Potret wajah Kanygin yang biru dan bengkak di sebelah kanan ia unggah di laman Facebook miliknya.
Selanjutnya, Kanygin juga mengaku diminta untuk menjalani serangkaian tes kesehatan karena petugas ingin mengecek apakah ada substansi ilegal dalam darah Kanygin.
"Mereka mengatakan kepada saya bahwa saya adalah pecandu dan saya telah menerima bayaran atas penjualan obat-obatan tersebut dari pihak keamanan Kiev dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat," ujar Kanygin.
Sebelumnya, Kanygin juga pernah disangka sebagai agen mata-mata Rusia (FSB) ketika meliput di wilayah pendudukan Kiev di Ukraina Timur.
Kanygin akhirnya dibebaskanPihak Novaya Gazeta meminta kepada pemerintah Moskow untuk membebaskan Kanygin. Pada Selasa petang, perwakilan Menteri Luar Negeri Rusia melalui akun Facebook mengatakan akan mengerahkan segala upaya demi menyelamatkan wartawan Rusia.
Pada Selasa malam, Kanygin akhirnya dibawa ke perbatasan Rusia-Ukraina. Ia diserahkan kepada petugas perbatasan dan kemudian diwawancara oleh pihak FSB.
Ukraina daerah berbahaya bagi wartawanWakil Sekretaris Jenderal PBB untuk HAM, Ivan Simonovic menyatakan Ukraina adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi wartawan.
Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) mengatakan sejauh ini sudah lebih dari 300 serangan menimpa perwakilan media di Ukraina, baik disengaja atau tidak, sejak konflik meningkat pada April 2014. Termasuk serangan yang dilakukan oleh pasukan pro-Kiev.
Baru-baru ini pada Minggu (14/6), Alexander Gayuk, pekerja lepas untuk media AFP, menjadi salah satu wartawan yang terkena gempuran granat ketika sedang mengambil foto di Donetsk. Kepingan granat tersebut menyangsang di kaki Gayuk.
Gempuran granat telah membunuh puluhan wartawan di wilayah ini pada tahun lalu.
Insiden lain seperti penculikan wartawan zona merah dan penembakan komentator oposisi Ukraina, Oleg Buzina, awal tahun ini, dianggap menjadi bagian dari kampanye terbuka untuk mengintimidasi wartawan.
(stu)