Hotel di Wina Tawarkan Pekerjaan untuk Pencari Suaka

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Rabu, 17 Jun 2015 16:40 WIB
Hotel Magdas ini menampung para pencari suaka dari 14 negara berbeda. Bagi mereka, Magdas adalah penyambung nyawa.
Hotel Magdas ini menampung para pencari suaka dari 14 negara berbeda. Bagi mereka, Magdas adalah penyambung nyawa. (Ilustrasi hotel/Thinkstock)
Wina, CNN Indonesia -- Banyak hotel di Wina, Austria, yang menawarkan pemandangan indah, kamar mewah dan lokasi yang mudah dijangkau. Akan tetapi, terdapat sebuah hotel yang menawarkan sesuatu yang berbeda, yaitu pekerjaan bagi para pencari suaka.

Hotel tersebut bernama Magdas Hotel. Pekerja di dalamnya, mulai dari resepsionis, tukang bersih, koki hingga montir listrik adalah para pencari suaka yang telah diberikan izin dari Pemerintahan Austria untuk menetap di sana.

Datang dari 14 negara yang berbeda, banyak dari mereka yang mempertaruhkan hidup menempuh perjalanan berbahaya demi kabur dari penganiayaan dan konflik di negara asal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hotel ini didirikan oleh sebuah badan amal Katolik, Caritas, dengan investasi US$1,7 juta untuk memberi kesempatan pada para pencari suaka belajar mengenai perhotelan. Kini di bekas bangunan rumah pensiun itu, Magdas menjadi penyambung nyawa bagi para pengungsi dan pencari suaka di Austria.

Hotel ini juga mengizinkan para pengungsi yang belum mendapatkan izin untuk bekerja selama bertahun-tahun, sambil menunggu suaka mereka dikabulkan.

"Semua penantian ini, seseorang harus kuat, jika tidak, kalian tidak akan bertahan," ujar Dinnis, mantan seorang aktivis dari Guinea.

Dinnis melarikan diri dari penganiayaan di Afrika Barat dengan masuk ke sebuah kapal yang menuju ke Eropa. Dia menunggu lebih dari 10 tahun sampai akhirnya diberikan status sebagai pengungsi di Austria.

Begitu pula dengan Maryam, yang meninggalkan Maroko setelah dianiaya karena Lesbian. Selama menunggu hampir 13 tahun untuk dapat suaka, Maryam terpaksa kerja ilegal untuk bertahan hidup.

"Saya adalah orang yang aktif, saya mau berkontribusi secara sosial, saya hanya mau bekerja," tutur Maryam.

Permintaan status pengungsi di Austria melonjak hingga 160 persen di empat bulan pertama tahun ini. Total resmi permintaan tersebut mencapai angka 14.225.

Pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Austria Johanna Mikl-Leitner mengatakan mereka telah menghentikan proses permintaan suaka. Hal ini dilakukan agar negara Eropa lainnya juga mau membuka mata untuk menampung para pencari suaka yang datang dengan kapal-kapal reyot.

Trauma tak hilang

Maryam dan Dinnis telah belajar, bersuka rela dan belajar bahasa Jerman untuk meningkatkan prospek kerja mereka. Akan tetapi, tanpa pengalaman kerja, sulit bagi mereka menemukan pekerjaan yang tepat. Sampai pada akhirnya mereka menemukan Magdas Hotel.

Sekarang ini mereka sudah dipekerjakan di hotel tersebut, akan tetapi, tidak semua rekan dari Maryam dan Dinnis dapat seberuntung dan sesukses mereka berdua.

Salah satu rekan mereka yang kurang beruntung, yang sekarang sudah berhenti bekerja di Magdas Hotel, berasal dari Afganistan. Dia melarikan diri dari negaranya karena diancam oleh Taliban setelah dituduh membantu LSM Barat di negaranya.

Melalui Turki, dia melarikan diri ke Eropa. Dia mendapatkan status pengungsinya, akan tetapi trauma yang dia alami tak bisa dihilangkan.

"Sangat susah bagi dia untuk bekerja," ujar Manajer Magdas Hotel Sebastiaan de Vous kepada Reuters.

"Anda dapat melihat dia bekerja, akan tetapi pikirannya berada di tempat lain. Anda bisa melihat semua hal-hal yang dia bawa berada sangat dalam di hatinya," tambah Sebastian.

Pengungsi lainnya dari Aljazair yang menolak menyebut namanya menceritakan bagaimana sulitnya menjadi pencari suaka di Austria sebagai anak kecil bersama dengan keluarganya.

"Hidup terasa lebih mudah ketika status pengungsi anda dikabulkan, anda tidak harus menjadi pengemis lagi dan tidak perlu tinggal di tempat pembuangan," ujarnya.

"Ketika anda adalah pencari suaka, anda mencoba untuk kabur dari sesuatu. Anda berharap untuk hidup yang lebih baik," tambah pencari suaka dari Aljazair ini.

Beberapa orang masih menderita karena terlalu lama menunggu pengakuan status pengungsi mereka.

"Mereka tidak bisa berkeluarga, mereka melarikan diri sendiri, tidak mempunyai istri dan anak dan mereka berumur 50 tahun," kata pekerja Aljazair ini menggambarkan penderitaan para pencari suaka.

Dia juga mengatakan masih banyak pencari suaka yang hilang begitu saja. Menurut dia, banyak di antara mereka yang dibawa oleh petugas keamanan pada jam 2 sampai 3 pagi untuk dipulangkan ke negara asal mereka. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER