Jakarta, CNN Indonesia -- Abumbi II, Fon atau Raja Bafut ke-11 di Kamerun, memiliki hampir 100 istri. Namun bukan ia yang menikahi semuanya. Menurut tradisi lokal, jika seorang raja mangkat, maka penerusnya akan mewarisi semua istrinya. Tapi sang raja baru kemudian bisa menikahi ratu-ratunya sendiri.
“Ratu memiliki perang besar dalam fondom,” kata Pangeran Nickson, menekankan bahwa para wanita di belakang pria inilah yang menentukan bagaimana seorang raja berperan, dikutip dari
CNN. Fondom adalah sebutan bagi kerajaan-kerajaan kecil di Kamerun.
“Di belakang setiap pria sukses pasti ada wanita yang sangat sukses dan setia,” kata istri ketiga Abumbi, Ratu Constance.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dalam tradisi kami jika Anda adalah raja, istri tua akan meneruskan tradisi ke istri muda, dan juga mengajarkan tradisi kepada raja baru karena raja itu sebelumnya adalah pangeran, bukan raja,” kata dia.
Terlepas dari kenyataan bahwa praktek poligami tidak melanggar hukum di Kamerun, data menunjukkan bahwa pernikahan poligami di negara itu jauh lebih sedikit di banding negara lain di benua Afrika.
Praktek poligami ini mendapat tantangan terutama dari nilai-nilai yang berubah, penyebaran agama Kristen, cara hidup masyarakat Barat yang makin populer, dan juga meningkatnya biaya hidup jika memiliki keluarga besar.
"Selama penjajahan, nilai-nilai lain datang, pemerintahan, berbeda dari nilai-nilai tradisional kami dan oleh karena itu ada konflik konstan antara nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai modern Barat," aku Abumbi II, yang telah memerintah Bafut, fondom terbesar di wilayah itu, selama 47 tahun.
"Peran saya adalah untuk membaurkan mereka, untuk menemukan jalan ke depan sehingga orang-orang saya dapat menikmati hasil pembangunan dan modernitas tanpa merusak budaya mereka. Tanpa budaya, Anda bukan manusia, Anda adalah binatang. Dan oleh karena itu kepala suku adalah penjamin budaya kami,” tambahnya.
Meski sering dikritik oleh Barat, ada beberapa yang menganggap poligami sebagai tradisi yang berharga.
"Saya mengerti kita mungkin cepat menghakimi gaya hidup raja-raja, tetapi seperti halnya di Inggris, kerajaan Afrika dan raja-rajanya terikat dengan budaya dan sejarah yang kaya. (Praktek) seperti warisan semua istri ayahmu hanyalah kewajiban moral,” kata Soni Methu, presenter untuk “Inside Africa” CNN.
"Semua istri mudanya, dipaksa oleh tradisi, berbicara fasih berbahasa Inggris dan Perancis dan merupakan pemasar handal,” kata Methu.
Di balik itu semua, para fon kebanyakan menganggap mereka adalah pemimpin yang modern.
"Untuk menjalankan kerajaan saat ini di era ini, Anda harus terdidik karena hal-hal bergerak sangat cepat. Seperti yang mereka katakan, pendidikan adalah cahaya, ketidaktahuan adalah kegelapan,” kata Ndofua Zofia II, Fon Babungo.
(stu)