Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS dilaporkan telah menanam ranjau dan bom di situs kuno kota Palmyra, Suriah, yang merupakan situs bersejarah era-Romawi.
Laporan tersebut diungkapkan oleh kelompok pemerhati HAM, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia pada Ahad (21/6). Namun, hingga kini belum jelas tujuan dari penanaman ranjau tersebut.
(
Baca juga: Bendera ISIS Berkibar di Kota Tua Palmyra)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat dua kemungkinan, yaitu ISIS tengah bersiap menghancurkan reruntuhan kota kuno tersebut atau menanam ranjau untuk menghentikan langkah pasukan pemerintah yang ingin merangsek masuk ke kota yang dikenal juga sebagai Kota Tadmur ini.
"Mereka menanam (ranjau) kemarin. Mereka juga menanam beberapa (ranjau) di teater era Romawi, kita masih tidak tahu alasan sebenarnya," tutur Rami Abdulrahman, kepala Observatorium, dikutip dari Reuters.
Dugaan penanaman ranjau dan peledak di kota ini juga dikonfirmasi oleh pakar barang antik Suriah, Maamoun Abdulkarim, yang menyatakan laporan tersebut "nampaknya benar."
"Kota ini berada di tangan mereka, situasinya berbahaya," kata Abdulkarim.
"Saya menyerukan kepada warga Palmyra, kepala suku dan tokoh agama dan budaya untuk bertindak dan mencegah hal ini. Saya sangat pesimis dan sedih," ujar Abdulkarim, dikutip dari Sky News.
Kelompok militan ISIS merebut Palmyra yang berpenduduk 50 ribu jiwa tersebut pada Mei lalu. Di kota ini terdapat sejumlah bangunan reruntuhan era Romawi kuno yang terawat dengan baik.
Reruntuhan bangunan Romawi kuno di Palmyra merupakan salah satu pusat budaya dunia yang berdiri di gurun Tadmurian yang sepi di Suriah. Dalam website UNESCO, Palmyra disebut sebagai kota dengan "nilai yang luar biasa universal" dan "sebuah oasis di gurun Suriah" sebelah timur laut Damaskus.
Pihak berwenang mengklaim bahwa anggota ISIS menjarah situs kuno di Palmyra untuk membiayai kegiatan mereka.
Lebih dari satu tahun menebarkan teror, ISIS dikabarkan berhasil merebut sejumlah wilayah di Irak dan Suriah dari tangan pemerintah masing-masing negara.
Untuk memperluas wilayahnya, ISIS dikabarkan menggunakan kekerasan dengan ekskusi massal di depan publik dan menghancurkan sejumlah situs kuno yang mereka anggap berhala.
(ama/ama)