Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah daerah di bagian selatan Xinjiang, China yang dipadati oleh umat Muslim mengadakan festival minuman keras di bulan suci Ramadhan. Hal ini dilihat sebagai tindakan provokasi terbuka bagi umat Muslim Uighur yang terasingkan.
Dilaporkan Reuters, bulan Ramadhan adalah waktu yang sensitif di Xinjiang, China Barat, utamanya setelah sejumlah insiden yang menewaskan ratusan jiwa dalam tiga tahun terakhir. Beijing menyalahkan kelompok militan Islam terkait dengan hal ini.
Festival bir yang digelar di sebuah desa di daerah Niya, selatan Xinjiang di bulan Ramadan ini pun dinilai sebagai provokasi terbuka bagi warga Muslim Uighur. Pasalnya, menurut kitab suci Al-Qur'an, umat Muslim tidak diperbolehkan untuk menenggak minuman beralkohol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs resmi pemerintahan Niya mengumumkan bahwa Festival Bir tersebut dibuka sejakpada Senin lalu (15/6), dan dihadiri oleh lebih dari 60 petani muda dan penggembala.
Situs tersebut juga menunjukkan gambar wanita menari di depan panggung, dan para pria yang sedang menenggak bir sebanyak yang mereka bisa dalam satu menit.
"Kompetisi bir ini bervariasi dan menghibur," bunyi pernyataan dari pemerintah Niya.
Pemerintah Niya juga menjanjikan hadiah berupa uang sebesar US$161, atau sekitar Rp2,1 juta, bagi para pemenang kompetisi bir ini.
"Tujuannya adalah menggunakan budaya modern untuk mencerahkan kehidupan budaya desa, mengisi ruang bagi promosi agama yang ilegal dan menjamin desa ini agar terus stabil dan harmonis," bunyi situs resmi pemerintahan Niya.
Situs tersebut juga mengutip salah satu pernyataan dari warga desa setempat yang ikut berpartisipasi di dalam kompetisi bir tersebut.
"Kegiatan ini diselenggarkan dengan besar, menghidupi musim pertanian yang sibuk dan menghilangkan kelelahan kami. Saya akan minum, dan pasti saya akan mendapatkan hadiah tertinggi untuk dibawa pulang dan membuat istri saya bahagia," ujar salah satu warga yang ikut di dalam kompetisi bir tersebut.
Sementara, juru bicara Kelompok Pengasingan Kongres Uighur Dunia, Dilxat Raxit, angkat bicara dan mengutuk acara tersebut.
"Ini adalah bentuk provokasi terbuka bagi keimanan umat Muslim," ujarnya.
Partai Komunis China mengatakan bahwa mereka melindungi kebebasan beragama, tetapi tetap memberikan batasan yang ketat kepada kegiatan keagamaan. Pemerintah hanya mengizinkan lembaga yang diakui secara resmi untuk beroperasi.
China memiliki sekitar 20 juta umat muslim yang tersebar di seluruh negeri, dan umat Muslim Uighur hanya sebagian kecil dari mereka.
Sebelumnya, media setempat dan situs pemerintahan Xinjiang juga mengumumkan pemberitahuan resmi yang melarang seluruh anggota partai komunis, masyarakat sipil, pelajar dan guru untuk menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
(ama/ama)