Sauna dan Terapi Seni: Rehab untuk Ekstremis Saudi

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2015 09:47 WIB
Sebagai bagian dari program deradikalisasi ekstremis, Saudi menyediakan tempat rehabilitasi yang dilengkapi sauna, terapi seni, serta doktrinasi ulama moderat.
(Ilustrasi/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di masa mudanya, Badr al-Enezi selalu ingin menjadi seorang jihadis. Setelah berhubungan dengan mantan tahanan Teluk Guantanamo yang telah kembali ke militansi, ia mulai merencanakan bagaimana untuk mengangkat senjata.

Namun belum sempat beraksi, ia tertangkap oleh petugas keamanan Arab Saudi dan menghabiskan waktu enam bulan di penjara. Enam bulan yang bisa saja mengubah hidupnya selamanya.

Dikutip dari ABC News, dalam tahanan, Enezi bereksperimen dengan terapi seni, bermain sepak bola dan menikmati fasilitas seperti kolam renang serta sauna di sebuah pusat rehabilitasi bagi para ekstremis yang sedang menjalani hukuman. (Baca: Penjara Teroris Arab Saudi bak Hotel Mewah)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gaya makanan ala gourmet disiapkan untuknya di kompleks pohon palem yang berjajar di pinggiran ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Tak lupa, pakaian kotornya dicucikan.

Enezi mengatakan ia diperlakukan “seperti saudara” di tempat itu.

Di program rehabilitasi tersebut, Badr juga ditantang untuk berpikir secara berbeda tentang Islam.

Dan sekarang, setelah berhasil menyelesaikan program deradikalisasi dan melupakan niatnya untuk berjihad di luar negeri, ia bertugas sebagai mentor bagi pendatang baru ke pusat rehabilitasi itu. Jabatan barunya ini diberikan langsung oleh Mohammed bin Nayef, yang tak lain adalah Putra Mahkota Arab Saudi.

“Apa rahasianya? Gagasan yang tadinya kami punya tak bisa hanya disembuhkan oleh senjata saja. Dibutuhkan pula penyembuhan secara ideologis,” kata Badr, kini 30 tahun, soal fasilitas yang menjadi bagian strategi kontraterorisme Saudi tersebut.

Di tengah ancaman domestik dari ISIS yang sudah membunuh 40 orang di masjid Syiah pada 22 Mei lalu, Saudi kembali harus meningkatkan program deradikalisasi yang menggunakan ulama moderat, sosiolog dan psikolog tersebut.

Konflik antara Sunni dan Syiah yang menjadi biang perpecahan dan salah satu faktor eksremisme, juga harus ditanggulangi.

Ketika Saleh bin Abdelrahman al-Qashimi melakukan bom bunuh diri di masjid Syiah yang menjadi serangan terburuk di Saudi dalam 10 tahun terakhir, pamannya menyalahkan ulama Wahabi garis keras karena telah mendorong anak muda seperti keponakannya menuju ekstremisme.

“Mereka menanam benih di kepalanya,” kata Mohammed Abdelrazzak al-Qashimi, paman Abdelrahman.

Mohammed al-Nimr, yang kakaknya adalah seorang ulama Syiah Saudi, mengatakan bahwa mengubah pola pikir pemuda melalui program rehabilitasi saja tidak cukup.

"Perombakan sistem pendidikan sangat diperlukan sebagai bagian dari strategi kontraterorisme," kata Mohammed.

"Pemuda kita yang menjadi teroris itu karena di pada saat di sekolah, mereka diajarkan ideologi terorisme. Mereka tidak diajarkan untuk menghormati orang dengan pandangan sebaliknya,"  tambahnya.

Dia beranggapan bahwa pemuda Saudi yang menjadi teroris dengan menggunakan justifikasi agama untuk membunuh orang lain. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER