Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS untuk pertama kalinya melakukan eksekusi pemenggalan kepada wanita sipil pada pada pekan ini. Sebelumnya, korban eksekusi ISIS, baik yang dianggap mata-mata maupun yang para jurnalis yang ditahan sebagai sandera, selalu laku-laki.
Kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdulrahman pada Selasa (30/6) memaparkan bahwa eksekusi pemenggalan dilakukan ISIS terhadap dua perempuan di Suriah. Pemenggalan terjadi di bagian timur provinsi Deir al-Zor, menurut sumber yang berada di lokasi kejadian.
Dilaporkan Reuters, salah satu wanita dipenggal bersama dengan suaminya di kota Deir al-Zor. Di kota al-Mayadeen ke selatan timur, ISIS memenggal wanita lainnya dan suaminya. Kedua pasangan suami-istri ini dituduh melakukan sihir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok militan ISIS kerap kali memenggal warga lokal dan asing di Suriah, termasuk prajurit musuh, pekerja bantuan, wartawan atau mereka yang dianggap melanggar interpretasi garis keras atas hukum Islam.
Selain itu, beberapa kelompok tawanan perempuan dirajam sampai mati karena dituduh melakukan perzinahan dan kejahatan lainnya.
ISIS juga "menyalib" lima orang di al-Mayadeen karena kedapatan makan saat siang hari pada bulan Ramadan. Mereka digantung di ruang publik dan anak-anak diminta untuk mengejek mereka atas perbuatan mereka.
Para aktivis memaparkan kelompok militan ISIS menggunakan hukuman publik di sejumlah daerah yang mereka kendalikan, untuk menerapkan hukum yang berdasarkan paksaan dan ketakutan.
Sementara, menyusul serangan di sejumlah negara pada pekan lalu yang diduga kuat dilakukan oleh ISIS atau simpatisannya, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, memperingatkan bahwa ISIS telah merencanakan beberapa serangan terhadap Inggris dan memberikan ancaman eksistensial kepada negara-negara barat.
Terkait serangan di masjid Syiah di Kuwait, ISIS mengklaim bertanggung jawab dan merilis klip audio yang diklaim bersi pernyataan dari pengebom tersebut.
ISIS juga mengklaim bahwa pelaku penembakan di Tunisia, yang diidentifikasi bernama Seif Rezgui, seorang mahasiswa teknik elektro berusia 23 tahun, merupakan anggotanya.
Pada serangan dan pemenggalan kepala di sebuah pabrik gas, sebuah bendera berlatar warna hitam dengan tulisan Arab berwarna putih yang serupa dengan bendera ISIS, ditemukan di lokasi kejadian. Meskipun pelakunya, Yassin Sahli didakwa dengan tuduhan terorisme, namun belum ada konfirmasi dari pihak berwenang bahwa bendera tersebut merupakan bendera ISIS.
(ama/ama)