Akibat Konflik, Jumlah Pekerja Anak Suriah Meningkat

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jul 2015 14:23 WIB
Demi menghidupi keluarga, anak-anak pengungsi Suriah terpaksa harus bekerja mencari nafkah. Konflik di Suriah membuat kehidupan mereka melarat.
Demi menghidupi keluarga, anak-anak pengungsi Suriah terpaksa harus bekerja mencari nafkah. Konflik di Suriah membuat kehidupan mereka melarat. (Reuters/Umit Bektas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah anak yang terpaksa bekerja akibat konflik di Suriah meningkat drastis, terutama di wilayah pengungsian. Mereka terpaksa turun mencari nafkah demi menghidupi keluarga di negeri orang.

Diberitakan Reuters, Rabu (1/7), survei dua lembaga pelindung anak UNICEF dan Save the Children mengungkapkan, anak-anak tersebut menjadi satu-satunya atau salah satu pencari nafkah bagi keluarga di hampir setengah jumlah pengungsi Suriah di Yordania.

"Berdasarkan semua survei ini, jelas bahwa jumlah pekerja anak meningkat drastis sejak konflik Suriah dimulai," ujar juru bicara UNICEF, Juliette Touma pada Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Libanon, anak-anak ini bekerja sebagai pemetik kentang. Di Yordania, mereka bekerja di restoran dan pabrik sepatu. Sementara di Turki mereka bekerja di tukang reparasi sepatu dan pabrik roti. Beberapa terancam nyawanya karena mencari nafkah di sektor pertambangan dan konstruksi.

Tiga dari empat pekerja anak di kamp pengungsi Zaatari, Yordania, mengalami masalah kesehatan, berdasarkan penelitian dua lembaga anak tersebut.

Salah satu bocah Suriah berusia 13 yang bekerja di perkebunan di Libanon dilaporkan harus membawa kantung berisi lebih dari 10 kg kentang dan dipukuli dengan selang plastik jika ada kentang yang jatuh.

Laporan juga menyebutkan kebanyakan anak-anak Suriah di Yordania bekerja enam hingga tujuh hari sepekan dan mendapat upah antara US$4-US$7 (Rp53-93 ribu) per hari.

Kebanyakan mereka mulai bekerja sebelum berusia 12 tahun, beberapa anak berusia enam tahun sudah bekerja di Libanon.

Beberapa pengusaha kecil memilih mempekerjakan anak karena upah mereka yang kecil. Selain itu, pengungsi dewasa sulit dipekerjakan di sektor formal karena harus mendapatkan izin kerja dari pemerintah setempat.

Rentan pelecehan seksual

UNICEF mengatakan, anak-anak pekerja ini berpotensi putus sekolah dan kurang mendapat pendidikan.

Selain dipekerjakan, anak-anak Suriah juga banyak yang menjadi tentara dalam konflik yang telah berlangsung lima tahun di negara itu. Mereka rentan jadi korban pelecehan seksual dan perdagangan manusia.

Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 220 ribu orang dan membuat setengah populasi negara itu mengungsi. Menurut PBB, ini adalah krisis pengungsi terparah sejak Perang Dunia II.

Keadaan anak-anak Suriah akan lebih mengenaskan menyusul keputusan beberapa lembaga untuk mengurangi bantuan karena kekurangan dana.

Rabu lalu Program Makanan Dunia, WFP, mengatakan memotong hingga setengahnya jumlah voucher makanan bagi pengungsi di Libanon bulan ini dan akan menghentikan seluruh bantuan bagi 440 ribu pengungsi di Yordania bulan depan.

Badan bantuan PBB pekan lalu mengatakan bahwa hanya seperempat dari US$4,5 miliar dana yang dibutuhkan bagi pengungsi Suriah di tahun 2015 terpenuhi.

(stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER