Ditahan Mengkritik Pemerintah, Kartunis Malaysia: Ini Risiko

Ranny Virginia Utami | CNN Indonesia
Sabtu, 04 Jul 2015 08:54 WIB
Zulkifli Anwar menghadapi persidangan atas tuduhan penghasutan setelah menyebarkan kartun yang mengkritik PM Malaysia dalam kasus sodomi Anwar Ibrahim.
Zulkifli Anwar menghadapi persidangan atas tuduhan penghasutan setelah menyebarkan kartun yang mengkritik PM Malaysia dalam kasus sodomi Anwar Ibrahim. (CNN Indonnesia/Ranny Virginia Utami)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang kartunis politik kenamaan Malaysia, Zulkifli Anwar Ulhaque, mengaku siap menghadapi persidangan pada 7 Juli mendatang. Menurutnya, sidang ini akan menjadi pembuktian terhadap situasi pemerintahan Malaysia yang dinilai otoriter.

"Saya akan bongkar pemerintah," ujar pria yang dikenal dengan nama pena Zunar ini saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/7).

Zunar didakwa melakukan tindakan penghasutan melalui karya seni kartun yang ia sebar di media sosial. Kartun yang dipublikasikan pada awal Februari ini berisi kritik vonis hakim atas perkara kasus sodomi Anwar Ibrahim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama setelah putusan banding Anwar ditolak oleh pengadilan, Zunar membuat sebuah kartun bergambar hakim pengadilan yang sedang mengetuk palu besar di hadapan Anwar Ibrahim. Hakim ini ditengarai sebagai Perdana Menteri Najib Razak yang memegang segala tampuk kekuasaan, termasuk sistem peradilan.

Kartun ini dipublikasikan pertama kali melalui akun mikroblog Twitter. Banyak publik, baik dari Malaysia maupun luar negeri yang mendukung kartunis ini.

"Ini menunjukan ada perubahan. Tampak rakyat sebenarnya mau perubahan. Makanya saya harus membawa isi hati nurani mereka lewat kartun saya," ujar Zunar.

Namun, selang beberapa jam sejumlah petugas polisi mendatangi studio seni Zunar dan menahan Zunar beserta beberapa karya miliknya.

"Tentu saja ini adalah bentuk intimidasi dengan tujuan agar masyarakat tidak mengkritik pemerintah. Zunar tidak akan tunduk pada intimidasi ini dan akan terus mengkritik bahkan dari balik penjara," ujar istri Zunar, Fazlina Rosley, pada 11 Februari lalu, diberitakan Channel News Asia.

Dari satu menjadi sembilan

Saat ditangkap dan ditahan oleh kepolisian Malaysia, salah satu petugas mengatakan bahwa Zunar dihadapkan kepada satu tuduhan terkait penghasutan.

Akan tetapi, pada keesokan pagi sebelum sidang pembacaan dakwaan dimulai, petugas kembali mengatakan bahwa tuduhan terhadap Zunar ada sembilan dan semuanya terkait dengan penghasutan.

"Satu tuduhan itu bernilai 5 ribu ringgit. Polisi infokan kepada saya bahwa saya memiliki sembilan tuduhan, itu artinya sekitar 45 ribu ringgit," ujar Zunar.

Nilai per satu tuduhan ini merupakan uang jaminan terhadap seseorang agar tidak ditahan, sebelum akhirnya perkara masuk ke persidangan. Di Malaysia, apabila uang jaminan tidak dibayar maka tertuduh terpaksa ditahan sampai sidang pembuktian dibuka.

"Dalam waktu sekitar delapan jam saja, saya harus mencari uang tersebut. Akhirnya saya coba meminta bantuan, terutama dari media sosial," ujar Zunar.

Upaya ini tak sia-sia. Zunar mengaku dukungan terhadapnya ternyata cukup banyak, bahkan hingga dari mancanegara. "Hasilnya lebih dari 45 ribu ringgit. Saya sangat berterima kasih," ujarnya.

Kesembilan tuduhan ini, menurut Zunar, adalah salah satu bentuk tindakan pemerintah untuk merepresi dirinya. Ia yakin, dirinya tidak mungkin lolos dari sembilan tuduhan tersebut, namun ia percaya bahwa dirinya tidak sendiri.

"Saya sudah menjalani ini. Ini tanggung jawab. Risiko harus saya tanggung dan saya tidak akan pernah mundur," ujarnya.

Berulang kali dibungkam

Menurut Zunar, berbagai cara kerap dilakukan oleh pemerintah guna meredam kritikan dan mengendalikan suara masyarakat Malaysia. Mulai dengan cara halus hingga kasar, Zunar pernah menjalani semuanya berulang kali.

Dengan cara halus, Zunar mengaku pernah ditawari sejumlah uang oleh pejabat pemerintah agar bisa melunak dan tak lagi mengeluarkan karya yang mengkritik pemerintahan.

Sementara dengan cara keras, sejumlah media massa hingga penerbit mendapat ancaman dari pemerintah jika kedapatan menjual, menyebarkan dan atau mempublikasikan karya-karya Zunar.

"Buku saya dikatakan mengancam ketenteraman orang awam dan menghasut mereka untuk bisa melawan kerajaan," ujarnya.

Tak kehabisan akal, Zunar pun mengubah cara mempopulerkan karya-karyanya melalui media sosial dan internet. Hasilnya tidak buruk, melainkan semakin banyak dukungan terhadapnya dari seluruh penjuru dunia.

"Sudah sekitar 500 kali pemerintah mencoba meretas semuanya (situs dan media sosial Zunar), namun gagal. Saya memiliki teman yang ahli di bidang teknologi informasi sehingga karya saya hingga kini masih beredar luas," ujarnya.

Kecintaan Zunar terhadap menggambar sudah terlihat sejak usianya 12 tahun. Namun beranjak dewasa, Zunar justru memilih fokus terhadap ilmu pengetahuan dibandingkan dengan ilmu seni.

Sejak 1998 Zunar mulai merintis karir sebagai kartunis politik. Ia mengindahkan profesi menjadi dokter dan mencoba menyalurkan keresahan atas kondisi pemerintahan di Malaysia melalui coretan gambar.

Pada 2011, Zunar sempat ditahan oleh petugas kepolisian Malaysia karena kedapatan akan mempublikasikan karyanya yang sarat akan kritik pemerintah. Namun, penahanan hanya berlangsung selama sehari lantaran petugas kepolisian tak cukup bukti atas tuduhan yang disemat kepada Zunar.

"Malam itu baru saja buku saya dicetak, belum dipublikasikan. Tetapi polisi sudah datang dan menangkap saya atas tuduhan penghasutan dan menimbulkan keresahan publik, sementara buku tersebut belum disebarluaskan," ujarnya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER