Inggris Peringati Satu Dekade Pengeboman London

Ranny Utami/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 07 Jul 2015 12:59 WIB
Inggris memperingati satu dekade serangan bom bunuh diri di empat transportasi umum di London yang menewaskan 52 orang dan melukai 700an pada 7 Juli 2005.
Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi pada 7 Juli 2005 di transportasi umum di London, Inggris, menewaskan setidaknya 52 orang dan melukai lebih dari 700 orang. (Reuters/Peter Nicholls)
London, CNN Indonesia -- Warga Inggris mengheningkan cipta, memperingati serangan bom bunuh diri di sejumlah transportasi umum di London pada 7 Juli 2005.

Satu dekade telah berlalu, namun Inggris masih ingat betul serangan bom bunuh diri yang pertama terjadi oleh kelompok militan Islam di tanah Eropa barat.

Kerabat korban, korban yang selamat, keluarga kerajaan dan para politisi berkumpul untuk mengenang peristiwa 7 Juli tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum lagi insiden penembakan membabi buta di Tunisia beberapa waktu lalu yang juga menewaskan mayoritas wisatawan asal Inggris, membuat negeri ini semakin berduka.

"Hari ini kita semua berkumpul bersama untuk mengenang kembali korban dari salah satu serangan teroris paling mematikan di tanah Inggris," ujar Perdana Menteri Inggris David Cameron, Selasa (7/7).

"Sepuluh tahun sejak serangan 7 Juli London, ancaman dari teroris terus berlanjut dan semakin nyata. Pembunuhan 30 warga Inggris yang sedang berlibur di Tunisia pun menjadi pengingat kita atas fakta tersebut. Tetapi kita tidak akan pernah gentar terhadap terorisme," ujarnya.

Pada 7 Juli 2005 silam, empat pemuda Muslim Inggris berpergian ke London. Mereka membawa bom rakitan sendiri dan menyembunyikannya di dalam ransel.

Tiga di antara mereka pergi menggunakan kereta yang berbeda, sementara satu lainnya menggunakan bus. Bom kemudian meledak pada jam sibuk di hari itu.

Terinspirasi oleh kelompok militan Al-Qaidah, serangan ini berhasil menewaskan 52 orang dan melukai sekitar 700 orang.

Warga asal Polandia, Israel, Australia, Perancis, Italia, Afghanistan, Nigeria, Selandia Baru dan Vietnam-Amerika turut menjadi korban atas insiden ini.

Cameron menyematkan rangkaian bunga di lokasi insiden 7 Juli di Hyde Park, sebelum bergabung bersama sejumlah petinggi negara lain, keluarga korban, korban yang selamat dan lainnya untuk berdoa bersama di Gereja Katedral Santo Paul.

Di sana mereka semua akan mengheningkan cipta sesaat secara nasional.

Mendapat pelajaran

Rencananya, upacara peringatan selanjutnya akan digelar di situs memorial dan Pangeran Wiliam dilaporkan akan turut hadir dalam upacara ini.

Esther Hyman, 46 tahun, saudara perempuan dari Miriam yang menjadi korban pengeboman di Bus Nomor 30 yang meledak di Tavistock Square, mengatakan kepada Reuters bahwa banyak pemuda yang tak mengira pengeboman akan terjadi.

"Peristiwa 7 Juli tampaknya tak pernah terpikir oleh publik. Upacara peringatan seperti ini sangat bermanfaat dan semoga kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut sehingga ke depan tidak akan terulang lagi," ujar Hyman.

Pekan lalu, Hyman bersama ibunya meluncurkan program edukasi untuk membantu anak-anak sekolah dalam memahami serangan dan menjauh dari kekerasan ekstremis.

Saat ini Inggris untuk kedua kalinya berada pada level keamanan tertinggi, artinya serangan militan diperkirakan akan terjadi lagi sehingga negara dianggap perlu berwaspada.

Apalagi sejumlah laporan mengindikasikan bahwa banyak pemuda Inggris yang pergi ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok militan, salah satunya ISIS.

Pemerintah Inggris kini berencana melakukan langkah baru untuk melawan ekstremis. Petugas kepolisian paling senior di Inggris, Mark Rowley mengatakan negara perlu mempersiapkan diri lebih baik dari 10 tahun lalu, meski ancaman itu sendiri telah bermetamorfosis.

"Organisasi ini berencana melakukan kekejaman teroris yang lebih kompleks dan serangan yang berdampak tinggi ada di mana kita berada," ujarnya sembari menambahkan ISIS telah menciptakan sebuah daftar 'besar' yang menjadi target potensial mereka.

"Mereka tidak butuh fokus kepada serangan besar yang masif. Mereka fokus ke nilai propaganda," ujar Rowley. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER