Jakarta, CNN Indonesia -- Krisis keuangan dan kondisi negara yang terancam bangkrut membuat pemerintah Yunani menutup bank dan membatasi penarikan uang di mesin ATM. Di samping masalah itu, rakyat juga kini mengeluhkan uang koin yang jadi semakin langka di negara ini.
Rakyat Yunani kini dirundung kecemasan menunggu hasil pertemuan para menteri keuangan zone euro di Brussels, Belgia, yang hingga berita ini diturunkan belum juga menghasilkan suatu keputusan untuk menghadapi krisis ekonomi yang melanda.
Jo Rigas, salah satu warga Yunani keturunan Irlandia yang tinggal di Athena sejak tiga tahun lalu menyatakan bahwa antrian yang mengular di depan mesin ATM setiap hari merupakan tanda kecemasan dari warga Yunani yang tidak dapat menggunakan uang mereka yang tersimpan di bank.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rigas menilai pembatasan senilai 60 euro atau Rp877 ribu per hari masih masuk akal, dan rata-rata pengeluaran warga Athena setiap harinya tidak mencapai jumlah tersebut. Selain itu, pembayaran dengan menggunakan kartu kredit juga masih dapat berjalan.
"60 euro per hari merupakan jumlah yang lebih dari yang dibutuhkan warga. Mereka mengambil uang mereka karena khawatir, bukan karena mereka benar-benar butuh," kata Rigas.
Masalah yang lebih besar, menurut Rigas adalah langkanya uang koin. Sejumlah pemilik bar dan kafe khawatir mereka akan kekurangan uang koin untuk kembalian. "Kami memperlakukan uang koin seperti uang emas," kata salah satu pemilik kafe, dikutip dari The Independent, Ahad (12/7).
Bertahan hadapi krisisRigas mengaku dirinya merupakan salah satu warga Yunani yang memilih "tidak" untuk syarat paket dana bantuan yang lebih ketat yang ingin diterapkan Eropa. Namun, Rigas memaparkan bahwa "tidak" dalam referendum yang digelar dua pekan lalu, bukanlah pernyataan "tidak" terhadap Eropa maupun zona euro.
Menurut Panos Kanellopoulos, 58, seorang manajer hotel, Yunani kini benar-benar berada dalam keadaan tersulit. "Kami benar-benar muak, namun kami bertahan karena saya pikir situasi ke depan akan menjadi lebih baik. Karena kami yakin kami telah berada di situasi terburuk," kata Kanellopoulos.
Krisis membuat warga Yunani kesulitan memiliki uang tunai. Untuk menghadapi masalah ini, para pekerja meminta atasanya untuk membayar gaji mereka dengan dua metode, yaitu mengirimkan setengahnya ke bank, dan memberikan sebagian lainnya secara tunai.
Diberitakan
CNN, Lorenzo Kaci, 26, seorang pramusaji di toko kebab populer di Athena bahkan meminta atasanya untuk membayar upahnya di muka secara tunai.
Sementara bagi pasangan muda, George, 37, dan istrinya Anna, 32, peraturan pembatasan pengambilan uang di ATM ini justru membantu pasangan muda ini menabung. "Bagi kami tak masalah," kata Anna.
Bagi warga yang harus membayar sewa rumah, mereka mendapat kemudahan dapat mencicil selama beberapa hari, karena para tuan rumah juga mengerti soal pembatasan pengambilan ini.
Namun, masalah ini menimpa para pensiunan yang tidak bisa mengambil uang pensiun mereka secara penuh. Untuk menangani masalah ini, pemerintah meminta sejumlah bank untuk beroperasi untuk mengurusi pengambilan dana pensiun, yang terbatas sebesar 120 euro atau sekitar Rp1,5 juta per pekan.
Meskipun kini Yunani dalam keadaan sulit, Rigas mengaku tidak menyesal pindah dari Irlandia ke negara ini. "Jika pun perekonomian runtuh, kami masih dapat menikmati cuaca yang cerah, berlayar dengan perahu nelayan dan berteduh di bawah pohon zaitun," kata Rigas mengacu pada indahnya bumi Yunani.
(ama/stu)