Jakarta, CNN Indonesia -- Survei yang diluncurkan oleh Survation menunjukkan bahwa sekitar 60 persen warga Skotlandia ingin referendum untuk menentukan kemerdekaan dari Inggris diadakan kembali sebelum tahun 2025, atau kurang dari 10 tahun ke depan.
Tahun lalu sebanyak 45 persen warga Skotlandia menolak kemerdekaan dari Inggris dalam pemungutan suara yang diikuti oleh 85 persen dari seluruh warga Skotlandia. Meski tidak 100 persen, ini merupakan pemilu dengan tingkat partisipasi tertinggi di Inggris sejak 1918.
(
Baca juga: FOKUS: Skotlandia dan Inggris Terancam Cerai)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa Partai Nasional Skotlandia, atau SNP, semakin populer sejak memenangi pemilu pada awal tahun ini.
Proyeksi menunjukkan partai yang anti-penghematan tersebut akan mendapatkan 56 persen suara, dan 71 kursi parlemen, jika pemilihan parlemen Skotlandia tahun 2016 diadakan hari ini.
"Ini jajak pendapat yang menggembirakan, yang menyoroti penilaian positif SNP yang luar biasa setelah delapan tahun kami berada dalam pemerintahan," kata juru bicara SNP Derek Mackay, dikutip dari RT, Kamis (16/7).
"Ini menujukkan kepercayaan masyarakat kepada anggota parlemen SNP yang baru yang mendukung kepentingan Skotlandia di Westminster," kata Mackay melanjutkan.
"Tapi kita tidak cepat berpuas diri dan akan bekerja keras setiap hari hingga pemilu tahun depan untuk mempertahankan kepercayaan warga Skotlandia," kata Mackay.
Jajak pendapat dirilis bertepatan dengan pernyataan kontroversial yang diluncurkan oleh Sekretaris Kabinet pemerintah Skotlandia untuk Budaya, Eropa dan Luar Negeri, Fiona Hyslop menyatakan BBC merusak kepercayaan warga Skotlandia terhadap media.
Pernyataan Hyslop tersebut mengkritik tinjauan tahunan BBC yang menunjukkan bahwa Skotlandia merupakan satu-satunya dari empat negara yang bergabung bersama Inggris, yang sebagian besar warganya meragukan media "memotret kehidupan mereka dengan baik dalam laporan berita terkini."
Tinjuan itu menunjukkan bahwa hanya 48 persen warga pemirsa dan pendengar asal Skotlandia yang memercayai berita BBC, ketimbang 61 persen warga Inggris.
Hyslop menilai bahwa tinjuan tersebut merupaka bukti nyata bahwa reformasi memang dibutuhkan. "Pemerintah Inggris dan BBC terus-menerus merusak kepercayaan warga Skotlandia terhadap pemberitaan media," kata Hyslop.
"Ketika BBC gagal memenuhi harapan penontonnya, yang perlu dilakukan adalah reformasi positif yang melindungi independensi korporasi tersebut, dan bukan memangkas dan menghancurkannya," kata Hyslop menambahkan.