Enam Orang Hilang Di Bawah Tindakan Represif China

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2015 03:50 WIB
Selain itu, diperkirakan 238 orang telah ditangkap dan diperiksa sejak pemerintah China menghukum warga sipil yang dianggap membangkang.
Ilustrasi penculikan. (Thinkstock/Roylee_photosunday)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nyaris dua minggu setelah Beijing melancarkan tekanan terhadap masyarakat sipil, sedikitnya enam orang dinyatakan hilang dan diyakini telah berada di dalam  tahanan aparat keamanan China. Menurut Grup Pengacara Hak Asasi Manusia (HAM) di Hongkong diperkirakan 238 orang telah ditangkap dan diperiksa sejak pemerintah China melakukan tindakan represif pada warganya.

Seperti dilansir The Guardian, mereka yang hilang, termasuk seorang pengacara magang, asisten legal di firma hukum dan pemimpin dari kelompok gereja Kristiani bawah tanah, nasibnya tidak diketahui sejak 10 Juli lalu, setelah pemerintah memulai penangkapan besar-besaran kepada pengacara HAM China dan rekan-rekan mereka. 

"Kami benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka," kata Maya Wang, peneliti untuk lembaga swadaya masyarakat Human Rights Watch asal China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mayoritas dari keenam orang yang hilang kemungkinan telah dibawa ke tempat penahanan di mana mereka beresiko mengalami kekerasan serta  penyiksaan," kata Wang menambahkan. Pengacara HAM lainnya kemungkinan bersembunyi agar terhindar dari nasib buruk.  

Sikap ofensif pemerintah Beijing terhadap pengacara HAM telah dimulai sejak 9 Juli lalu dengan penahanan Wang Yu, seorang pengacara yang dikenal aktif membela klien yang menghadapi kasus sensitif, para klien yang dianggap mengganggu kestabilan pemerintah China. Beberapa diantaranya  termasuk lima feminis asal China, yang telah ditahan awal tahun ini.

Media pro pemerintahan China, Xinhua, menolak klaim bahwa pemerintahan Beijing memulai perang melawan masyarakat sipil. "Kritik semestinya didasari atas fakta yang benar, menyasar pada akar persoalan sebelum mempermalukan diri sendiri dan menyalahkan pihak lain," tulis editorial Xinhua, kantor berita resmi pemerintahan Beijing, pada minggu ini.

Menurut Xinhua, tindakan polisi 'tidak lebih dari sekadar aksi penegakan hukum yang sah dan semestinya tidak dikaitkan dengan isu hak asasi manusia'.

Namun, aktivis, diplomat dan akademisi menjelaskan semua kejadian belum lama ini sebagai salah satu serangan paling keji partai Komunis atas masyarakat sipil penegak HAM.

"Tidak hanya siapa yang telah dibawa, ditahan atau hilang tetapi juga persoalan sejumlah besar pengacara telah dibawa untuk diperiksa, diperingati dan diintimidasi," kata ahli dari King's College London asal Cihna, Eva Pils.

Sementara itu, Keith Hand, seorang ahli dalam hukum China dari Universitas California, mengatakan di bawah kepemimpinan partai Xi Jinping, terdapat kecenderungan determinasi baru untuk menguasai kontrol atas diskursus politis dan ideologis di China. Hal itu ditujukan untuk memarjinalkan ancaman potensial apapun atas kekuasaan Xi Jinping.

"Pengacara bergerak di bidang HAM merupakan salah sedikit dari grup masyarakat sipil yang bisa menekan rejim pemerintahan sehingga saya pikir mereka pada dasarnya berupaya merebut ruang kecil yang tersisa untuk mereka," ujar Keith.

Menurut Human Rights Watch, 20 orang masih diyakini berada dalam tahanan. Mereka termasuk pengacara HAM Sui Muqing dan Xie Yang, yang menghadapi tuntutan 'subversi' dengan ancaman penjara hingga 15 tahun.

Pertanyaan apakah enam dari 20 orang yang ditangkap tersebut masih berada dalam tahanan masih menjadi misteri menurut para aktivis di China. Kalangan pengacara yang hilang termasuk Zhao Wei, asisten berusia 24 tahun dari Li Heping, pengacara HAM terkenal  juga berada di dalam barisan orang-orang yang beberapa waktu lalu ditangkap aparat keamanan.  

Suami Zhao Wei, You Minglei, mengatakan kepada The Guardian kalau isterinya tidak dapat dihubungi sama sekali semenjak ditahan oleh polisi pada 10 Juli lalu.

You mengatakan dia yakin isterinya ditahan oleh kepolisian dari kota Tianjin namun  polisi tidak memberikan informasi apapun terkait keberadaan isterinya ketika dia menghubungi pihak kepolisian. 

"Saya sangat marah kepada pemerintah," kata dia. "Isteri saya hanya seorang asisten di firma hukum dan tidak melakukan apapun yang melanggar hukum."

Banyak pakar dan aktivis menilai keputusan Partai Komunis untuk meluncurkan serangan 'pembersihan' tersebut terhadap musuh-musuhnya sebagai sebuah pertanda kelemahan. Pengacara HAM yang pernah diasingkan, Teng Biao, mengatakan pada The Washington Post, kalau represi yang meningkat bisa menjadi sinyal bahwa partai tersebut 'rapuh atau paranoid'.

"Pemerintah dan partai tampak lebih kuat dari periode apapun dan berkeras untuk memarjinalkan siapapun, bahkan suara alternatif yang moderat. Mereka akan melakukan apa yang mereka inginkan untuk menghilangkan ancaman," ujarnya.

Sementara itu, Biro Keamanan Publik dan Kementerian Luar Negeri China tidak menjawab permintaan informasi keberadaan enam orang yang hilang tersebut.

Sebelumnya, penghukuman atas warga sipil dimulai Beijing sejak 9 Juli lalu saat Wang Yu, pengacara Fengrui, hilang di pagi hari setelah mengirimkan teman-temannya pesan singkat yang berisi koneksi internet dan listrik di rumahnya putus, dan beberapa orang berusaha masuk ke rumahnya. Klien Wang termasuk diantaranya, praktisi grup meditasi Falun Gong, yang dilarang berada di China. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER