Jakarta, CNN Indonesia -- Dokter Gigi asal Amerika Serikat, Walter Palmer, menyampaikan penyesalannya setelah membunuh singa Cecil, yang menjadi kesayangan masyarakat Zimbabwe. Palmer mengatakan pada Selasa (28/7) bahwa ia mengandalkan pemandunya untuk memastikan perburuan yang sesuai dengan hukum.
Palmer mendapat kecaman hingga ancaman hukuman mati setelah ia diberitakan bertanggung jawab atas kematian Cecil, singa kesayangan turis dan warga lokal.
Walter James Palmer, seorang dokter gigi asal Minnessota, Amerika Serikat, mengaku telah membunuh Cecil dengan busur panah pada 1 Juli lalu. Butuh 40 jam bagi Cecil untuk mati setelah tertembak panah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa jam setelah insiden tersebar di berbagai media massa, media sosial Palmer langsung dibanjiri serangan dan ancaman. Klinik gigi River Bluff miliknya di Minneapolis, Minnesota, bahkan ditutup.
"Saya tidak tahu bahwa singa yang saya bunuh adalah singa terkenal, kesayangan warga lokal serta bagian dari penelitian sampai saya selesai melakukan perburuan," kata Palmer dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia.
"Saya mengandalkan keahlian dari pemandu profesional lokal saya untuk memastikan perburuan yang sah," tambah dia.
Palmer mengatakan, pemandunya telah mengurus semua izin yang diperlukan untuk melakukan perburuan pada awal Juli tersebut, dan dia belum dihubungi oleh pejabat di Zimbabwe ataupun Amerika Serikat tentang insiden ini.
Ia juga mengatakan “akan membantu menjawab semua pertanyaan dari mereka. Sekali lagi, saya sangat menyesal bahwa aktivitas yang saya cintai dan lakukan secara bertanggung jawab dan sah ini pada akhirnya merenggut nyawa singa tersebut," tegas Palmer pada kesimpulan pernyataannya.
Diberitakan Star Tribune, pada 2008, Palmer juga dinyatakan bersalah atas tuduhan federal terkait dengan perburuan beruang hitam di Wisconsin.
Cecil terkenal karena ciri khas rambutnya yang kehitaman dan telah menjadi objek foto favorit di Taman Nasional Hwage. Singa ini juga menjadi objek penelitian Universitas Oxford di Inggris serta telah dipasangi alat pelacak.
[Gambas:Video CNN] (stu)