Berlin, CNN Indonesia -- Sekitar 720 militan, mayoritas di bawah usia 30 tahun, pergi meninggalkan Jerman dan bergabung bersama kelompok militan ISIS dan seperlima dari mereka adalah perempuan, menurut data dari Departemen Federal untuk Perlindungan Konstitusi, BfV.
Diberitakan Sputniknews yang mengutip koran Del Spiegel, Rabu (29/7), sepertiga pejihad yang bergabung bersama ISIS ke Suriah atau Irak telah kembali ke Jerman. Sementara itu, sekitar 100 militan Jerman dilaporkan tewas di daerah konflik. Angka ini dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
"Selama musim panas 2015, ISIS masih menjadi tujuan berbahaya yang menggoda pemuda Islam Jerman," ujar Presiden BfV, Hans-Georg Maassen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Maassen, banyak pemuda Jerman yang pergi ke Suriah sebenarnya tidak mengerti bahwa ISIS akan memaksa mereka untuk melakukan serangan bunuh diri.
Menurut data BfV, sebanyak 25 organisasi Islam nasional aktif di Jerman pada akhir 2014. Jumlah potensi militan di negara itu kemudian diperkirakan mencapai hampir 4.000.
Pejihad Asing dari 100 Lebih NegaraDinas Keamanan Federal Rusia, FSB, mengungkapkan bahwa pejuang yang bertempur bersama ISIS berasal dari 100 lebih negara di dunia.
"Berdasarkan temuan kami, saat ini ada warga dari 100 lebih negara yang bertempur bersama ISIS," ujar Direktur FSB, Alexander Bortnikov saat membuka pertemuan bersama direktur penegak hukum dan keamanan di Yaroslav, Rabu.
Menurut Bortnikov, penyebaran ISIS secara geografis semakin lama semakin meningkat. Selain itu, jumlah pejuang ISIS yang berasal dari berbagai etnis dan latar belakang semakin bertambah besar, terutama akibat propaganda.
Bortnikov mengatakan Barat seringkali tertinggal dalam menanggapi aktivitas teroris yang dilakukan ISIS.
"ISIS telah mengambil inisiatif dan secara agresif melakukan propaganda dan pada dasarnya memamerkan 'agenda' mereka," ujar Bortnikov.
"Dengan menggunakan ini, para pejihad yang menancapkan kuku mereka ke Timur Tengah dan Afrika Utara kini menargetkan Eropa dan Asia. Kriminal bergerak dari serangan yang ditargetkan ke operasi bersenjata skala besar dan aksi militer menggunakan artileri berat," lanjutnya.
Kelompok militan ISIS menduduki sebagian besar wilayah Irak dan Suriah. Kelompok yang terkenal kejam dan melakukan pelanggaran HAM ini menggunakan jaringan media sosial untuk merekrut anggota baru, termasuk pejuang asing.
Sebanyak 20 ribu pejuang asing pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung bersmaa ISIS, menurut intelijen Amerika Serikat. Pada bulan lalu, Biro Investigasi Federal AS, FBI, mengidentifikasi ribuan propagandis ISIS yang menyebarluaskan informasi kelompok militan ini melalui Twitter.
(yns/yns)