Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pastor asal Kanada yang ditahan Korea Utara muncul untuk pertama kalinya di depan publik di Pyongyang, pada Kamis (30/7), hampir enam bulan sejak ia ditangkap dalam misi kemanusiaan ke negara Kim Jong Un.
Sambil membaca sebuah pernyataan, Pastor Hyeon Soo Lim mengaku melakukan aktivitas untuk menggulingkan pemerintah Korea Utara dan melanggar kebijakan karantina Ebola Korea Utara pada Februari, dengan secara ilegal masuk ke ibu kota Pyongyang, lapor kantor berita Jepang, Kyodo.
“Saya secara jujur mengakui aktivitas kriminal,” kata Lim, dikutip dari Kyodo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lim berangkat ke Korea Utara dari China pada 30 Januari, berencana untuk membantu proyek yang digagas oleh gerejanya di kota Rajin, mencakup bantuan untuk rumah yatim piatu, tempat pentitipan anak, dan panti jompo.
Seorang pemimpin gereja yang berbicara atas nama keluarga sang pastor, Lisa Pak, menggambarkan bahwa perjalanan itu sebagai suatu hal yang “rutin”, dan mengatakan bahwa Lim telah mengunjungi Korea Utara lebih dari seratus kali.
Dalam pernyataan yang diterima CNN pada Kamis, Pak mengatakan, “Tak ada komentar terkait dakwaan dan tuduhan terhadap Lim kecuali bahwa proyek bantuan kemanusiaan yang diinisiasi dan didukung oleh Lim di DPRK (Korea Utara) adalah untuk kebaikan masyarakat. Rasa cinta kepada rakyat DPRK yang memotivasi Lim datang ke negara itu lebih dari 100 kali,” ujar Pak.
Dipaksa mengakuWarga Barat yang sebelumnya berada di Korea Utara mengatakan bahwa mereka mengaku di bawah paksaan pemerintah Korut.
Pada April, warga Amerika Serikat, Sandra Suh, dibebaskan dari tahanan Korut dan dideportasi ke AS setelah mengakui “plot dan propaganda melawan DPRK”.
Lim, sementara itu, meminta maaf dalam pernyataannya. Kantor berita AP mengatakan bahwa Lim memberikan pernyataan di sebuah ruangan penuh wartawan yang berbasis di Pyongyang.
“Tujuan saya berkunjung ke beberapa wilayah di negeri ini dengan dalih “bantuan” dibangun untuk menggulingkan negara ini dan mendirikan negara agama, memanfaatkan kebijakan otoritas AS dan Korea Selatan,” ujar dia.
Pihak pemerintah Kanada, di lain pihak, mengatakan mereka prihatin pada kasus yang menimpa Lim.
“Kanada sangat prihatin atas kasus Lim, yang masih ditahan di Korea Utara. Kami terus mengadvokasi untuk akses konsular dan untuk resolusi kasusnya,” kata Diana Khaddaj, juru bicara Departemen Luar Negeri Kanada, dikutip dari CNN.
(stu)