Pyongyang, CNN Indonesia -- Rasa ingin tahu membawa Aram Pan ke Korea Utara. Beruntung, proposalnya untuk membuat sebuah proyek fotografi di negeri tertutup itu disetujui.
“Saya mengirimkan faksimili dan email kepada beberapa kontak di Korea Utara yang bisa Anda temukan dengan mudah di Internet, dan setelah satu bulan atau lebih, seseorang menghubungi saya,” katanya, seperti dikutip CNN, baru-baru ini.
Seseorang itu mengajak Pan ketemu dan dia pun mendapat izin. “Begitu saja,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aram Pan, warga negara Singapura itu, adalah seorang fotografer sepenuh waktu yang menyukai foto panorama. Dia sudah menjadi fotografer sejak 2003 dan memutuskan serius di bidang foto panorama sejak 2007. Sampai saat ini, Pan sudah memproduksi lebih dari 3.000 foto panorama untuk real estate, wisata, industri, udara, dan sebagainya.
Pan ternyata sudah tiga kali berkunjung ke Korea Utara. Dia berhasil memotret 60 frame foto dan video
full-motion 360 derajat. Kualitas fotonya HD, dijepret dengan kamera DSLR, kemudian disatukan pada saat pascaproduksi.
Dia juga memakai sistem perekam video Entaniya 360, yang memakai beberapa kamera, untuk merekam sebuah video panorama. Total, dia membawa tiga kamera DSLR dengan lima lensa, satu kamera video standar
broadcast, satu
handycam, tiga kamera GoPro, satu iPhone, dua tripod, satu perpanjangan tripod 8 meter, sebuah laptop, dan banyak baterai serta
charger.Untuk semua perlengkapan itu, Pan membawa banyak kopor. Padahal, maskapai penerbangan Korea Utara membatasi 20 kilogram bagasi saja. “Anda ini seperti membawa bawaan tiga wartawan,” kata seorang petugas imigrasi Korea Utara, seperti ditirukan Pan.
Untuk menampilkan karyanya, Pan mengunggahnya di situs www.dprk360.com dan di laman Facebook DPRK360.
Perjalanan fotografi ini membawa Pan jauh keluar dari Pyongyang, ke area yang jarang dikunjungi orang luar. Dia sampai ke gunung tertinggi di Korea Utara, Gunung Paektu, yang baru-baru ini didaki oleh pemimpin negeri itu, Kim Jong-un, sampai ke sebuah pasar tradisional di Rason, sebuah kawasan ekonomi khusus di Korea Utara.
Menurut Pan, masa di Rason adalah yang paling tak bisa dilupakan. Di kawasan ini dia diperbolehkan mengunjungi pelabuhan, pabrik-pabrik, dan pasar tradisional.
Pasar itu adalah sebuah area seluas setengah lapangan sepakbola dengan kios-kios beratapkan seng. Tapi dia tak boleh memotret di sana.
“Semua barang dijual di sana, dari daging sampai sayuran, maskara sampai krim wajah, bahkan ada suku cadang kendaraan bermotor,” ujarnya.
Tapi satu penemuan yang mengejutkan di pasar itu adalah koleksi pakaian dalam wanita Korea Utara. “Mereka ternyata memakai pakaian dalam yang penuh warna dan seksi,” kata dia.
Dan satu kisah lagi adalah soal sosok pemandu turnya. Ternyata ia seorang warga negara Australia yang tingginya sampai 2 meter lebih. Di Korea Utara, sosok pria itu seperti raksasa dan selalu menjadi pusat perhatian warga lokal. Tapi pria itu selalu punya cara untuk membuat kehadirannya bikin suasana cair.
(ded/ded)