Protes Kurikulum Pro-China, Demonstran Taiwan Robek Buku

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 03 Agu 2015 08:32 WIB
Hampir seribu demonstran Taiwan merobek buku sekolah dan menuntut pengunduran diri menteri pendidikan, setelah adanya kurikulum baru yang pro-China.
Hampir seribu demonstran Taiwan merobek buku sekolah dan menuntut pengunduran diri menteri pendidikan, setelah adanya kurikulum baru yang pro-China. (Reuters/Pichi Chuang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir seribu orang berunjuk rasa di luar Kementerian Pendidikan Taiwan pada Ahad (2/8), menuntut pengunduran diri menteri pendidikan dan perubahan terhadap kurikulum SMA yang dianggap pro-China.

Diberitakan Channel NewsAsia, polisi memperkirakan pengunjuk rasa berjumlah lebih dari 800 orang. Demonstran melakukan aksinya dengan merobek buku teks sekolah versi baru yang dicetak berdasarkan pedoman kurikulum baru.

Demonstran yang sebagian besar merupakan orang dewasa, meneriakkan slogan seperti "dukung mahasiswa", "jaga demokrasi" dan "(Menteri) Wu Se-hwa mundur".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demonstrasi kali ini diikuti oleh massa terbesar sejak sejak 24 Juli lalu ketika 30 demonstan, sebagian besar dari mereka merupakan siswa sekolah, memaksa masuk ke dalam gedung kementerian dan menuntut perubahan kurikulum. Puluhan demonstran tersebut ditangkap namun kemudian dibebaskan tanpa tuntutan.

Aktivis pemuda, Lin Kuan-hua, salah satu dari demonstran yang merangsek masuk ke dalam gedung kementerian, melakukan aksi bunuh diri di rumahnya pada Kamis pekan lalu. Para pengunjuk rasa pada Ahad berkumpul untuk mengenang perjuangan Lin dan menyematkan ratusan bunga mawar putih di pagar besi di depan gedung kementerian pendidikan sebagai tanda duka.

"Bunga-bunga untuk mengenang Lin. Saya ingin Lin tahu dia tidak akan mati sia-sia. Saya percaya kematiannya telah membangunkan lebih banyak orang yang telah dicuci otaknya oleh pemerintah Kuomintang selama beberapa dekade," kata Chuo Li-chen, seorang ibu rumah tangga berusia 57 tahun dari kota utara Taoyuan.

Pemerintahan Taiwan telah memisahkan diri dari China daratan pada 1949 setelah perang saudara. Namun Beijing masih menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya dan terus mengupayakan reunifikasi.

Kondisi ini meresahkan warga Taiwan, khususnya kalangan pemuda yang menilai China terus menanamkan pengaruhnya di Tawaian, utamanya melalui Presiden Ma Ying-jeou dari Partai Kuomintang (KMT).

Situasi ini juga mendorong mahasiswa menduduki parlemen selama tiga pekan pada tahun lalu atas kesepakatan perdagangan Taiwan dengan China dalam protes yang dikenal sebagai Gerakan Bunga Matahari.

Perubahan kurikulum yang dituntut oleh mahasiswa, termasuk referensi di buku teks sekolah soal Taiwan yang "ditemukan oleh China", bukan "diberikan ke China" setelah akhir pendudukan Jepang pada 1945.

Dalam buku teks, periode 50 tahun pemerintahan Jepang di pulau tersebut juga disebut sebagai era ketika "Jepang menduduki" Taiwan, menggantikan frase sebelumnya "Jepang memerintah" Taiwan.

Oposisi China, Partai Progresif Demokratik meminta perubahan kurikulum oleh China tersebut dibatalkan. (ama/ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER