Hiroshima, CNN Indonesia -- Hari ini 70 tahun yang lalu, Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir ke Kota Hiroshima di Jepang. Tiga hari kemudian, bom yang sama dijatuhkan ke Kota Nagasaki, menyebabkan kehancuran luar biasa yang tercatat dalam sejarah manusia.
AS selama ini di dalam buku-buku pelajaran mengatakan bahwa bom atom yang dijatuhkan pada 6 dan 9 Agustus 1945 itu diperlukan untuk menghentikan Perang Dunia II. Dengan kata lain, lebih dari 200 ribu orang tewas di Jepang berguna untuk menyelamatkan nyawa orang lain di berbagai negara.
Bom itu memang membuat Jepang bertekuk lutut. Namun bom nuklir satu-satunya yang pernah dijatuhkan di dunia itu membuat banyak orang di dua kota itu menderita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan 70 tahun bom Hiroshima di Jepang kembali membuka kenangan pahit sekaligus pelajaran berharga betapa nuklir sangat mematikan jika berada di tangan yang salah.
Setidaknya Monumen Perdamaian Anak yang berdiri di titik nol bom jatuh di Hiroshima menjadi penanda penderitaan warga Jepang saat itu. Selain korban tewas, warga yang selamat harus menderita akibat radiasi yang memicu kanker.
Monumen itu didirikan untuk mengenang Sadako Sasaki, bocah dua tahun yang selamat dari bom. Namun sepuluh tahun kemudian dia meninggal karena leukemia pada 1955.
Sasaki hanya satu dari ratusan ribu orang yang terbunuh oleh bom yang dijatuhkan pesawat Enola Gay milik AS.
Korban selamat lainnya adalah Takeoka yang saat itu berusia 17 tahun. Ketika itu dia sedang menjalani piket malam saat bom dijatuhkan lebih dari 3,2 km dari tempatnya bekerja di pabrik militer pembuat torpedo.
Gelombang kejutnya, kata dia pada CNN, luar biasa. Seorang bocah perempuan sampai terlempar ke kebun kentang.
Beberapa minggu setelah pengeboman, kebinasaan terlihat nyata. Rumah-rumah rata dengan tanah di radius hingga lebih dari satu kilometer dari pusat pengeboman.
 Lebih dari 200.000 orang tewas dalam serangan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. (Getty Images) |
Mayat-mayat yang hangus terbakar mengambang di sungai kota Hiroshima. Takeoka mengatakan, dokter terpaksa mengamputasi mata ibunya yang keluar dari tengkorak dan menggelantung di rongga mata. Amputasi dilakukan tanpa bius karena kekurangan obat-obatan.
Dua tahun setelah pengeboman dampaknya masih terasa. Putra Takeoka meninggal 18 hari setelah dilahirkan, disebut sebagai korban "sindrom bom-A".
Korban lainnya adalah Junko Morimoto yang saat itu masih sekolah. Saat bom dijatuhkan, semuanya gelap, dia pingsan. Saat sadar, pemandangan mengerikan menyergapnya.
Tubuh kakak lelakinya sudah dipenuhi pecahan kaca jendela, ada sumpit tertancap di bibir kakak perempuannya. Rumahnya rata dengan tanah. Di luar, warga terluka parah.
"Saya melihat orang-orang dengan benda seperti
stocking menggantung dari perut dan tubuh mereka. Saya tidak tahu saat itu bahwa itu adalah kulit mereka sendiri. Tentara yang juga terluka sibuk mengusap kulit warga yang terluka dengan minyak sayur," kata Junko pada ABC News.
Beruntung saat itu Junko tidak sekolah karena sakit perut. sekolahnya rata dengan tanah, sebanyak 330 murid di dalamnya tewas.
Lebih dari dua per tiga bangunan di Hiroshima hancur lebur. Panas nuklir seberat 20 kiloton itu memicu ledakan panas hingga 1 juta derajat Celcius. Panas dirasakan hingga dua kilometer dari titik nol, melingkupi udara dan tanah.
 Kota Hiroshima rata dengan tanah saat bom nuklir dijatuhkan oleh pesawat AS. (Getty Images) |
Asap cendawan bom menjulang hingga 17 kilometer ke udara. Kaca jendela di rumah yang terletak 10 kilometer dari lokasi ikut hancur.
Fotografer untuk majalah LIFE Bernard Hoffman mengunjungi Hiroshima beberapa minggu setelah pengeboman. Beberapa foto Hoffman yang tidak dicetak saat itu baru dipublikasi di internet beberapa tahun lalu.
Hoffman menggambarkan keadaan saat itu dengan gamblang:
"Kami melihat Hiroshima hari ini -- atau yang tersisa darinya. Kami terkejut dengan apa yang kami lihat yang membuat sebagian dari kami menangis; bukan karena simpati kami pada Jepang, tapi karena kami terkejut melihat bentuk kehancuran yang sangat buruk. Dibandingkan Hiroshima, (kehancuran) Berlin, Hamburg, Cologne, tidak ada apa-apanya.."
"Hanya 10 bangunan berangka besi yang masih berdiri--tapi tidak ada yang tersisa darinya juga. Rangka itu hitam dan seperti yang lainnya di Hiroshima, terpelintir. Bau kematian yang memuakkan ada di mana-mana."
(stu)