Nagasaki, CNN Indonesia -- Rakyat Kota Nagasaki, Jepang, hari ini, memperingati 70 tahun peristiwa pengeboman nuklir oleh tentara sekutu pada Perang Dunia II.
Peringatan ini diadakan di Taman Perdamaian, dihadiri oleh Perdana Menteri Shinzo Abe dan ratusan perwakilan dari 75 negara sahabat.
Lonceng dibunyikan pada pukul 11.02 waktu setempat, bertepatan dengan waktu dijatuhkannya bom atom di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang menewaskan sekitar 70 ribu orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga hari sebelum Nagasaki luluh lantak, Kota Hiroshima dijatuhi bom nuklir lebih dulu, menewaskan sekitar 140 ribu orang. Peristiwa ini disebut sebagai pemicu menyerahnya Jepang dan mengakhiri Perang Dunia II.
Dalam pidatonya, Abe menegaskan posisi Jepang untuk tetap berkomitmen mencegah kerusakan yang sama akibat nuklir dialami negara lain.
"Sebagai satu-satunya negara di dunia yang pernah menderita akibat serangan nuklir, saya perbarui kembali komitmen kami untuk memainkan peranan penting dalam menciptakan dunia tanpa senjata nuklir dan mempertahankan tiga prinsip non-nuklir," kata Abe.
Tiga prinsip non-nuklir adalah kebijakan yang dianut Jepang sejak lama untuk tidak memiliki atau memproduksi senjata nuklir dan tidak akan membiarkan siapa pun atau negara mana pun membawa senjata itu ke Jepang.
Kendati Abe berkomitmen pada tiga prinsip itu, namun banyak warga Jepang yang menyangsikannya. Pasalnya, Jepang dianggap mulai goyah dalam menerapkan militer damai yang telah dianut pasca Perang Dunia II.
Tahun lalu Abe mengadopsi resolusi baru tahun lalu soal konstitusi damai Jepang dengan memperbolehkan tentara untuk berperang demi mempertahankan diri atau membela sekutu jika diserang.
Akibat langkah ini, Abe menuai protes dan tingkat popularitasnya menurun. Perdebatan di parlemen juga masih berlangsung, salah satunya soal kemungkinan digunakannya militer Jepang untuk membantu pengiriman senjata nuklir negara sekutu.
(den)