Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang mengaktifkan kembali reaktor nuklir pada Selasa (11/8) untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berusaha meyakinkan penduduk Jepang dengan memberlakukan aturan lebih ketat sehingga bencana seperti Fukushima di tahun 2011 tidak terulang kembali.
Abe dan pihak industri Jepang ingin reaktor nuklir tersebut dioperasikan kembali untuk mengurangi impor bahan bakar. Namun jajak pendapat menunjukan masyarakat Jepang menentang keputusan Abe tersebut, terutama karena trauma bencana Fukushima yang dipicu oleh gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011. Bencana ini adalah bencana nuklir terburuk setelah Chernobyl 25 tahun lalu.
Kebocoran di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi mengakibatkan bocornya bahan radioaktif serta memaksa 160 ribu orang mengungsi. Banyak dari mereka tak bisa kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Krisis tersebut mengundang perhatian internasional. Ketika itu, pemerintah Jepang dan operator Fukushima, Tokyo Electric Power (Tepco), baru mengkonfirmasi bahwa terjadi kebocoran reaktor nuklir setelah dua bulan.
Kyushu Electric Power kembali mengoperasikan reaktor nuklir di Sendai pada Selasa. Reaktor tersebut membutuhkan waktu beberapa hari agar dapat mencapai kekuatan maksimalnya.
Lokasi reaktor nuklir yang berada di pantai barat pulau Kyushu ini adalah yang terjauh dari Tokyo dibandingkan reaktor lainnya.
Di Tokyo, para pengujuk rasa secara teratur berkumpul di luar kediaman resmi Abe dan menentang energi nuklir.
Sendai berlokasi sekitar 1.000 km dari Tokyo, yang membuatnya lebih dekat dengan Shanghai atau Seoul.
Jika pengoperasian reaktor nuklir ini sukses, maka reaktor itu harus memperbarui lisensi, di bawah standar ketat yang dikeluarkan menyusul bencana Fukushima.
Sebelumnya, terdapat dua reaktor nuklir yang diizinkan beroperasi di bawah standar pada 2012, namun sektor nuklir Jepang secara keseluruhan ditutup sejak September 2013. Untuk memenuhi kebutuhan energi, Jepang terpaksa mengimpor gas alam yang mahal.
Menurut Malcolm Grimston, peneliti Imperial College di London, penghematan biaya energi dan pengoperasian kembali industri nuklir Jepang menjadi krusial bagi rencana Abe untuk mengekspor teknologi nuklir.
"Jepang juga harus merehabilitasi diri bersama dengan industri nuklir dunia," kata Grimston.
Kepala badan pengawas atom Jepang mengatakan kejadian seperti Fukushima tidak akan terulang kembali dengan adanya standar baru yang telah dibuat, namun para pengunjuk rasa di Sendai masih belum percaya.
"Anda akan harus mengganti lokasi evakuasi tergantung pada arah angin. Rencana evakuasi saat ini masih belum benar," kata Shouhei Nomura, 79, mantan pekerja di pabrik nuklir yang sekarang menentang energi atom dan tinggal di kamp pengunjuk rasa dekat pembangkit.
Saat ini, sudah terdapat permintaan pengoperasian kembali dari 25 reaktor di 15 pembangkit, namun hanya lima reaktor di tiga pembangkit yang dikonfirmasi akan dioperasikan kembali.
(stu)