Usai Insiden Ranjau, Korsel Perketat Perbatasan dengan Korut

Ike Agestu | CNN Indonesia
Selasa, 11 Agu 2015 14:56 WIB
Korsel mengecam keras insiden ranjau yang mereka tuduh ditanam oleh Korut, menyebutnya sebagai pelanggaran perjanjian gencatan senjata tahun 1953.
Militer Korsel memperlihatkan lokasi ranjau di DMZ kepada wartawan pada Minggu (9/8) lalu. (Defense Ministry/Yonhap via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan meningkatkan keamanan perbatasan pada Selasa (11/8) setelah insiden ranjau darat yang membuat hubungan dengan Korea Utara kembali memanas. Sementara itu, kantor kepresidenan Korsel, Gedung Biru, menuntut Korut meminta maaf secara resmi.

Korea Selatan mengatakan tentara Korea Utara menyelinap melintasi perbatasan dan meletakkan ranjau di Zona Demiliterisasi atau DMZ, tiga di antaranya meledak saat tersandung anggota patroli perbatasan Korsel Selasa pekan lalu.

Seorang tentara yang terluka, dua kakinya harus diamputasi, sementara seorang lagi diamputasi satu kaki. Korsel merespon insiden ini dengan melanjutkan operasi propaganda perbatasan, yang terakhir dilakukan lebih satu dekade lalu. Lewat pengeras suara, Korsel menyampaikan pesan kecaman atas provokasi dari Korut ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Channel NewsAsia melansir, kampanye lewat pengeras suara sangat sensitif bagi Korut. Terakhir kali Korsel mengancam akan menyalakan pengeras suara, pada 2010, Korut bersumpah menembak unit yang terlibat dalam propaganda.

"Kami memperkuat postur pertahanan (sepanjang perbatasan) terhadap provokasi potensial lain oleh Korut," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Kim Min-Seok, pada Selasa.

Kim mengatakan tentara Korsel akan "segera merespon" jika Korut melepas tembakan di pengeras suara. Ia juga menambahkan bahwa penduduk di daerah perbatasan telah diimbau untuk berhati-hati, sedang petani disarankan meninggalkan ladang mereka.

Hingga saat ini, belum ada aktivitas tak biasa dari Korut terlihat di sepanjang perbatasan.

Ledakan ranjau terjadi menjelang peluncuran latihan militer bersama antara Korsel dan Amerika Serikat pekan depan.

Di Seoul, kantor kepresidenan Korsel menyebut insiden ranjau ini sebagai pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang Korea 1950-1953, dan menuntut Korut meminta maaf.

"Kami tegas mendesak Korea Utara untuk meminta maaf atas provokasi ini dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," kata Juru Bicara Gedung Biru, Min Kyung-Wook.

Perang Korea diakhiri dengan gencatan senjata pada 1953 dan bukan dengan perjanjian perdamaian, sehingga kedua negara secara teknis masih berperang hingga kini.

Kementerian pertahanan Korsel menolak untuk mengomentari berapa banyak unit yang terlibat dalam siaran propaganda di perbatasan.

Laporan media lokal melaporkan pengeras suara telah diaktifkan di 11 lokasi di sepanjang perbatasan. Kim mengatakan militer saat ini sedang mempertimbangkan tindakan balasan lain tapi menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.

Menurut seorang pejabat kementerian pertahanan, pesan-pesan yang menggelegar di seberang perbatasan berkisar dari potongan berita dunia, prakiraan cuaca hingga keunggulan demokrasi. Dia mengatakan suara dari pengeras suara bisa terdengar hingga 10-20 kilometer, tergantung pada angin dan cuaca.

Baik Korsel dan Korut menghentikan bursa propaganda pengeras suara pada tahun 2004 selama periode pemulihan hubungan.

Tetapi aktivis sipil Korea Selatan terus mengirim selebaran anti-Korut di perbatasan dengan menggunakan balon helium, memancing kemarahan Korut. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER