Seoul, CNN Indonesia -- Korea Utara menyangkal tuduhan Korea Selatan bahwa mereka bertanggungjawab atas ledakan ranjau di Zona Demiliterisasi, DMZ, minggu lalu yang melukai dua tentara Korea Selatan.
“Jika Korea Selatan tetap bersikeras bahwa itu adalah aksi militer kami, perlihatkan rekaman video sebagai buktinya. Jika tidak ada bukti, jangan lagi pernah mengatakan “provokasi Korea Utara” yang keluar dari mulut kalian,” lapor KCNA, kantor berita Korea Utara, yang mengutip Komisi Pertahanan Nasional negara itu, Jumat (14/8).
Badan pertahanan tertinggi Korea Utara itu juga mengatakan ranjau bisa meledak karena faktor alam seperti hujan dan kebakaran di DMZ.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer Korea Selatan mengatakan Pyongyang meletakkan sejumlah ranjau di wilayah netral di dalam area DMZ yang sangat dijaga ketat, dengan menyebutkan bahwa lokasi ledakan sebelumnya telah dibersihkan dari ranjau, dan medan area itu tidak memungkinkan ranjau berpindah akibat hujan atau pergeseran tanah.
Militer Korea Selatan juga mengatakan sisa-sisa kayu akibat ledakan itu mempergunakan cat yang biasa dipakai oleh Korea Utara dan konsisten dengan ranjau yang biasa digunakan oleh negara itu.
Militer Korea Selatan juga mengatakan jarak pandang yang rendah akibat hujan deras dan hutan yang lebat membuat kamera pengawas tidak bisa menangkap gambar tentara Korea Utara yang meletakkan ranjau itu.
Militer negara itu juga mengancam akan membalas dendam dan memulai kembali siaran propaganda anti-Pongyang dengan pengeras suara di sepanjang perbatasan kedua negara.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata bukan traktat perdamaian.
Komando PBB yang mengawasi kesepakatan gencatan senjata itu telah meminta Korea Utara untuk melakukan pertemuan yang akan membicarakan insiden tersebut.
DMZ adalah wilayah kantung selebar empat kilometer yang dilindungi dengan ranjau dan pagar kawat yang membelah semenanjung Korea, dan lebih dari 500 ribu tentara dan perlaatan militer lengkap dikerahkan oleh kedua negara.
Hubungan kedua negara juga sempat menjadi dingin setelah terjadi insiden pada 2010, saat itu Pyongyang membantah terlibat dalam penenggelaman satu kapal AL Korea Selatan dengan korban tewas 46 tentara yang menurut Korea Selatan ditorpedo Korea Utara.
(yns)