Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria berusia 80 tahun asal Korea Selatan membakar dirinya sendiri pada Rabu (12/8), dalam aksi protes yang menuntut Jepang meminta maaf karena memaksa gadis-gadis Korea menjadi budak seks di rumah bordil militer selama Perang Dunia II.
Dilaporkan Reuters, aksi ini terjadi di depan Kedutaan Besar Jepang menjelang peringatan 70 tahun berakhirnya pendudukan Jepang di Semenanjung Korea. Aksi demonstrasi ini lebih besar dari pada biasanya, dengan massa berjumlah hingga 2.000 orang, tiga di antaranya merupakan bagian dari 47 "wanita penghibur" atau jugun ianfu yang selamat.
(
Baca juga: Jugun Ianfu Berharap Jepang Meminta Maaf)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika aksi bakar diri terjadi, para demonstran mencoba memadamkan api dengan spanduk protes. Pria lansia yang diidentifikasi bernama Choi Hyun-yeol kemudian segera dilarikan ke rumah sakit.
Dokter di rumah sakit menyatakan Choi kini dalam kondisi kritis dengan luka bakar di leher, wajah, dan tubuh bagian atas.
"Pasiennya tua dan memiliki luka bakar yang parah sehingga kelangsungan hidupnya tidak dapat dijamin," kata dokter tersebut, dikutip dari Reuters.
Menurut pernyataan dari kelompok aktivis yang mengadvokasi hak-hak korban kerja paksa, ayah Choi merupakan anggota gerakan kemerdekaan anti-Jepang pada 1932 dan dipenjara selama setahun. Choi menjadi pendukung kelompok ini sejak tahun lalu.
Di Korea Selatan, penjajahan Jepang periode 1910-1945 di Semenanjung Korea tetap menjadi subjek yang sensitif.
Hubungan Korea Selatan dengan Jepang telah lama tegang. Seoul menilai pemimpin Jepang enggan meminta maaf atas masa perang di negara itu, termasuk pengakuan penuh dan permintaan maaf karena memaksa gadis-gadis Korea untuk bekerja di rumah bordil.
(ama/ama)