Jugun Ianfu Berharap Jepang Meminta Maaf

Ranny Utami/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 12 Agu 2015 16:53 WIB
Sekitar 200 ribu perempuan korban Jugun Ianfu berharap Abe mau meminta maaf atas perbudakan seks yang dilakukan militer Jepang pada masa perang.
Sekitar 200 ribu perempuan korban Jugun Ianfu sedikit berharap Abe mau meminta maaf atas perbudakan seks yang dilakukan militer Jepang pada masa perang. (Wikimedia by the United Kingdom Government)
Seoul, CNN Indonesia -- Sekitar 200 ribu perempuan Korea dipaksa bekerja di rumah pelacuran Jepang selama Perang Dunia II, namun Kim Bok-dong tidak terlalu berharap bahwa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mau meminta maaf.

Diberitakan Reuters, Rabu (12/8), Kim, 90 tahun, adalah salah satu dari 47 Jugun Ianfu--sebutan wanita penghibur Jepang--yang selamat di antara 238 perempuan lain yang mau mengaku dan muncul ke publik untuk berbagi kisah mereka.

Kebanyakan mereka menolak termin prostitusi. Mereka mengaku dibohongi dan dipaksa meninggalkan rumah untuk dijadikan budak seks.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti hingga kini terus memperdebatkan jumlah pasti perempuan yang dieksploitasi, namun para ahli sejarah menilai ada sekitar 200 ribu korban warga Korea, dan hanya sedikit saja dari mereka yang mau mengaku.

Di China, perkiraan kasar juga mencapai angka 200 ribu, sementara sejarawan menaksir ada 200 korban eksploitasi.

Ketika negara tetangga menunggu pernyataan Abe dalam pidato perayaan 70 tahun perang berakhir, waktu berjalan terus bagi para korban perempuan ini.

Di Korea Selatan, delapan perempuan meninggal tahun ini, lima di antaranya sejak Juni lalu. Presiden Korea Selatan Park Geun-hye mengatakan pekan lalu bahwa peringatan 15 Agustus nanti menjadi kesempatan akhir bagi pemimpin Jepang untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Korea Selatan mengatakan bahwa Jepang belum benar-benar menebus hutang perang di masa lalu.

"Saya tidak tahu kalau harus memakan waktu selama ini. Jika saya tahu, saya tidak akan muncul ke publik," ujar Kim kepada Reuters.

"Hingga ini selesai, kami tidak akan benar-benar bebas," lanjutnya.

Kim berusia 14 tahun ketika seorang petugas polisi dan seorang tentara Jepang mendatangi rumah di desanya, menuntut dirinya untuk menemani mereka bekerja di pabrik kain.

"Ibu saya protes, 'Dia masih sangat kecil, apa yang bisa ia lakukan?' Namun mereka mengatakan bahwa saya bisa belajar sehingga semua akan baik-baik saja dan saya pun pergi, berpikir mungkin hanya beberapa hari saja," ujar Kim.

Sebaliknya, ia pergi selama tujuh tahun. Bertahan di rumah pelacuran militer di selatan China, Indonesia dan Singapura.

Konservatif Jepang, termasuk Abe, mengatakan tidak ada bukti keterlibatan langsung dari militer negaranya atau pemerintah dalam penculikan anak-anak perempuan ini.

Abe mengatakan ia berpegang pada Permintaan Maaf 1993 oleh Sekretaris Kabinet Jepang Yohei Kono yang mengakui peran pemerintahannya memaksakan pekerja perempuan.

Pada 1995, Jepang menyiapkan dana untuk surat permintaan maaf dari perdana menteri dan bantuan finansial bagi setiap individu perempuan yang menjadi korban.

Di China, Ren Lane, yang tinggal di kawasan utara Provinsi Shanxi, merahasiakan sekian lama bahwa dirinya pernah diculik dari desa ketika berusia 15 tahun dan diperkosa berulang kali oleh tentara Jepang selama perang.

Sebuah permintaan maaf dari Jepang akan menjadi sedikit pelipur lara, meski ia tidak terlalu berharap dapat melihat hal tersebut semasa hidupnya.

Anak laki-lakinya, Liu Wanchang, mengatakan pemerintah tidak pernah menanggapi kisah ibunya, meskipun media baru-baru ini memberikan perhatian. Pihak keluarga mengatakan pemerintah mengabaikan nasib Ren dan yang lainnya ketika China berusaha menormalisasi hubungan dengan Jepang pada 1980-an.

Secara berkala, China telah merilis dokumen yang merinci tindakan Jepang terhadap Jugun Ianfu. China mengatakan akan menerbitkan pengakuan lebih lanjut dari 'penjahat perang' Jepang tentang pekerja paksa perempuan di rumah pelacuran militer.

Pengakuan tersebut akan dikeluarkan menjelang peringatan berakhirnya perang dengan Jepang yang dirayakan dengan parade militer di Beijing pada 3 September nanti.

Pada Selasa (11/8), kantor pencatatan di Provinsi Heilongjiang di timur laut China merilis tujuh dokumen yang memuat tuduhan 'budak seks' yang digunakan Jepang selama perang, menurut kantor berita Xinhua. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER