Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara menuntut Korea Selatan menghentikan siaran propaganda anti-Utara melalui pengeras suara di sepanjang wilayah perbatasan pada Sabtu (15/8). Jika tidak, Korut mengancam akan melakukan aksi militer.
Dikutip dari Reuters, Korea Utara juga membantah tuduhan Seoul terkait penanaman ranjau di wilayah Zona Demiliterisasi, DMZ, pekan lalu yang melukai dua tentara Korea Selatan.
(
Baca juga: Balas Korut, Korsel Luncurkan Propaganda Pengeras Suara)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dimulainya kembali siaran ini adalah tindakan langsung yang mendeklarasikan perang terhadap DPRK," bunyi pernyataan dari Front Komando Tentara Rakyat Korea, dikutip dari kantor berita KCNA, Sabtu (15/8). DPRK merupakan singkatan dari Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korea Utara.
"(Jika) siaran ini tidak dihentikan maka akan berujung pada aksi militer yang akan meledakkan segala upaya perang psikologis anti-utara di sepanjang perbatasan," bunyi pernyataan tersebut.
"Mereka tidak boleh lupa bahwa aksi militer KPA berarti serangan membabi buta dan penuh peningkatan," bunyi pernyataan dari Front Komando Tentara Rakyat Korea.
Sementara Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye menyatakan bahwa Seoul akan menanggapi provokasi apapun.
"Provokasi dan ancaman hanya menyebabkan isolasi dan kehancuran," katanya saat berpidato menandai peringatan 70 tahun berakhirnya kekuasaan kolonial Jepang di semenanjung Korea.
"Tapi jika Korea Utara memilih jalan dialog dan kerja sama, maka Korut berkesempatan mendapatkan perbaikan mata pencaharian dan pembangunan ekonomi," kata Park.
Ketegangan di semenanjung Korea meningkat sejak ledakan ranjau darat yang menyebabkan dua tentara Korsel tersebut harus diamputasi. Ketegangan dua Korea juga meningkat seiring dengan latihan militer bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Pasukan AS dan Korea Selatan pada Senin (10/8) memulai latihan militer tahunan gabungan. Pyongyang menilai latihan ini merupakan persiapan perang.
Sejak insiden ranjau tersebut, Korea Selatan geram dan segera mengancam akan melakukan aksi balasan terhadap Korea Utara. Balasan dari Korsel adalah propaganda anti-Korut yang mulai disiarkan di wilayah perbatasan pada Senin (10/8) lalu. Siaran semacam ini sempat dilakukan Korea Selatan pada 2004 lalu.
Pada Kamis (13/8), Menteri Pertahanan Korea Selatan menyatakan kepada parlemen bahwa Seoul akan memperluas skala siaran untuk semua basis garis depan, dan berencana untuk menghapus pohon di sepanjang DMZ untuk mendapatkan tampilan yang lebih baik.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena Perang Korea yang terjadi pada periode 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Wilayah DMZ merupakan wilayah perbatasan sepanjang 4km yang dipenuhi dengan ranjau darat dan kawat berduri yang membentang di semenanjung Korea. Lebih dari satu juta tentara dan peralatan militer berat dikerahkan di kedua sisi.
(ama/ama)