New Delhi, CNN Indonesia -- Hampir 90 persen dari kasus pemerkosaan di India pada 2014 lalu dilakukan oleh orang yang dikenal korban, seperti kerabat, tetangga, dan rekan kerja, menurut data statistik pemerintah. Para pegiat pun menuntut pemerintah agar penanganan isu kekerasan seksual lebih berfokus di lingkungan rumah atau kerja.
Diberitakan Reuters, Jumat (21/8), laporan tahunan Biro Catatan Kejahatan Nasional India menunjukan ada setidaknya 337.922 kasus kekerasan terhadap perempuan, termasuk pemerkosaan, penganiayaan, penculikan, dan kekerasan oleh suami pada 2014. Angka ini meningkat 9 persen dibandingkan tahun 2013.
Untuk kasus pemerkosaan di India sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 9 persen menjadi 33.707 pada 2014. Sebanyak 1.813 kasus di antaranya terjadi di New Delhi, membuat kota ini menjadi kota dengan kasus pemerkosaan tertinggi di India. Sementara di Mumbai dan Bengaluru, tercatat setidaknya 607 dan 103 kasus pemerkosaan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari keseluruhan data ini, sekitar 86 persen kasus pemerkosaan diketahui dilakukan oleh anggota keluarga terdekat, seperti ayah, saudara laki-laki, paman atau bahkan tetangga, rekan kerja dan teman. Laporan ini juga mengindikasikan bahwa sekitar 14.102 atau 38 persen korban pemerkosaan berusia di bawah 18 tahun.
"Di seluruh dunia, pemerkosa asing adalah hal yang umum, tetapi di sini mayoritas pemerkosa adalah orang yang dikenal oleh korban," ujar direktur Pusat Penelitian Sosial dari organisasi hak asasi perempuan berbasis di Delhi, Ranjana Kumari.
"Kami perlu menangani masalah ini dari berbagai sudut. Ini bukan sekadar kebijakan yang lebih baik, atau ruang publik atau transportasi yang lebih aman. Data ini membuka mata kita untuk melihat apa yang terjadi di sekitar lingkungan rumah dan kerja kita," lanjutnya.
Kaum perempuan di India kerap menerima beragam tekanan dan ancaman, mulai dari mengaborsi janin perempuan, pernikahan dini, hingga pembunuhan atas pemaksaan kawin, yang berakar pada anggapan bahwa perempuan lebih rendah dibandingkan pria.
Usai insiden pemerkosaan seorang perempuan oleh sekelompok orang di sebuah bus di Delhi pada Desember 2012, gelombang protes besar terjadi di India. Insiden tersebut tampaknya cukup menyentak warga di negeri berpopulasi terpadat kedua di dunia ini.
Mereka yang sebelumnya apatis, kemudian turut memaksa pemerintah untuk menegakkan hukum atas kejahatan seksual. Hukum ini termasuk hukuman mati bagi pemerkosa yang sudah sering beraksi, penguntit, dan pelaku perdagangan manusia.
Sejak saat itu, laporan mengenai kasus pemerkosaan di India mulai bermunculan di sejumlah media, kampanye pemerintah dan program sosial warga sipil. Hal ini meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak perempuan dan menumbuhkan keberanian bagi korban perkosaan untuk melapor.
Namun, kelompok pemerhati hak perempuan di India mengaku kurang puas dengan angka dalam laporan ini. Menurut mereka, angka ini masih kotor. Banyak korban yang enggan melaporkan kejahatan, seperti pemerkosaan atau kekerasan dalam rumah tangga karena takut keluarga atau lingkungan akan mengucilkan mereka.
(stu)