Teheran, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond tiba di Teheran, Iran pada Ahad (23/8) untuk membuka kembali kedutaan Inggris.
Seperti dilansir
Reuters, kunjungan Hammond ke Iran ini merupakan langkah besar dalam mengakhiri isolasi Republik Islam dari kekuatan Barat.
Setelah empat tahun pengunjuk rasa menggeledah dan menjarah kediaman Duta Besar Inggris di ibu kota Iran, kini hubungan antara Inggris dan Iran mulai menghangat kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah untuk memulihkan hubungan diplomatik ini terjadi tak lama setelah kesepakatan nuklir Iran dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Jerman, Perancis dan Inggris dicapai Juli lalu.
Kunjungan Hammond ke Iran juga ditemani sejumlah pengusaha kelas atas, termasuk perwakilan Royal Dutch Shell dan perusahaan lainnya.
Hammond dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, penasihat senior Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Akbar Velayati serta Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
Bersama delegasi bisnisnya, Hammond juga akan bertemu dengan menteri Iran di bidang industri dan bisnis, serta minyak bumi dan transportasi.
Dengan prospek berakhirnya sanksi ekonomi terhadap Iran, perusahaan asing sudah berebut lahan bisnis di Iran, sebuah negara dari 80 juta penduduk. Pembaruan kembali kilang minyak Iran juga dilirik.
Sampai penunjukan terhadap duta besar yang baru tiba, Kedutaan Besar Inggris di Iran akan dipimpin oleh Ajay Sharma sebagai perwakilan diplomatik sementara.
 Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond menyaksikan pengibaran bendera Inggris di kantor Kedubes Inggris di Teheran, Iran. (Reuters/Darren Staples) |
Meski sudah akan dibuka, ada beberapa pihak mengaku masih khawatir apabila gedung Kedutaan Besar Inggris di Teheran tidak aman. Salah satunya karena empat tahun lalu, laptop, telepon genggam dan peralatan lainnya disita dari gedung tersebut.
Pada November 2011, pengunjuk rasa Iran menyerbu gedung Kedutaan Besar Inggris di Teheran, menghancurkan kaca, membakar mobil dan bendera Inggris sebagai protes terhadap sanski nuklir yang dikeluarkan Inggris.
Aksi demonstrasi sendiri memang rutin terjadi di luar Kedutaan Besar Inggris sejak revolusi Islam pada 1979, yang menggulingkan penguasa yang didukung AS. Namun, protes pada 2011 adalah yang terparah.
(kid)