Southboro, CNN Indonesia -- Orangtua dari salah satu siswa Fay School di Southborough, Massachusetts, menuntut pihak sekolah karena sinyal Wi-Fi yang kuat telah menyebabkan anak laki-laki mereka sakit.
Diberitakan Telegram, Senin (24/8), orangtua ini mengungkapkan bahwa anak berusia 12 tahun mereka, berinisial G, mengidap
Electromagnetic Hypersensitivity Syndrome, EHS. Sebuah kondisi kesehatan yang memburuk akibat radiasi elektromagnetik.
Anak laki-laki ini didiagnosa setelah ia berulangkali mengeluhkan sakit kepala, mimisan, mual dan gejala lainnya saat duduk di dalam kelas. Gejala ini muncul tak lama setelah sekolahnya memasang sistem Wi-Fi baru yang lebih kuat, menggantikan sistem Wi-Fi yang terpasang sejak 2013 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pihak sekolah menyatakan bahwa sinyal Wi-Fi yang ditemukan dalam penyelidikan baru-baru ini berada pada level cukup aman seperti yang ditetapkan oleh standar keamanan federal.
Orangtua G telah mengajukan tuntutan kepada Pengadilan Wilayah AS untuk mengakomodasi permintaannya agar Fay School mau menurunkan sinyal Wi-Fi di kelas anaknya atau mengganti ke kabel internet Ethernet. Pihak sekolah menolak untuk melakukan persyaratan ini.
Selain itu, orangtua G juga menuntut ganti rugi sebesar US$250 ribu akibat kondisi anaknya yang memburuk.
Kuasa hukum orangtua G, John JE Markham mengatakan bahwa prioritas penting saat ini adalah agar G bisa melanjutkan sekolah pada 9 September mendatang. Hakim Wilayah, Timothy S. Hillman, menjadwalkan pemeriksaan pada 4 September di Worcester.
"Kami mencoba bekerja sama dengan pihak sekolah. Kami berharap dapat mencapai solusi yang membuat sang anak bisa kembali ke sekolah dengan aman," ujar Markham.
Apabila pihak sekolah masih tidak mau memenuhi persyaratan yang diajukan, orangtua G akan menarik anak mereka keluar dari Fay School. Meski demikian, orangtua G mengaku bahwa sebenarnya mereka tidak ingin melakukan hal ini, mengingat G yang sudah memasuki pertengahan masa sekolah sembilan tahun.
Markham mengaku tidak yakin apa G bisa bertahan jika masih berada di kelas yang memiliki sinyal Wi-Fi yang begitu kuat. Namun, efek dari EHS dianggap dapat mempengaruhi kemampuan belajar G.
Bersamaan dengan berkas penuntutan, orangtua G juga memasukkan sejumlah surat keterangan dari beberapa dokter yang mengkonfirmasi efek kesehatan dari sinyal Wi-Fi. Menurut mereka, sinyal Wi-Fi memancarkan emisi radio secara substansial yang lebih besar dari emisi radio yang yang digunakan di perumahan, sehingga mengganggu penderita EHS.
Namun, kondisi EHS sendiri masih menjadi perdebatan dalam lingkungan medis. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa EHS bukan diagnosa medis dan belum pasti merupakan sebuah permasalahan medis.
(stu/stu)